Pasar Pantau Relaksasi Lockdown, Wall Street Dibuka Menguat

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
12 May 2020 20:42
Trader Timothy Nick works in his booth on the floor of the New York Stock Exchange, Thursday, Jan. 9, 2020. Stocks are opening broadly higher on Wall Street as traders welcome news that China's top trade official will head to Washington next week to sign a preliminary trade deal with the U.S. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Bursa saham Amerika Serikat (AS) (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesa - Bursa saham Amerika Serikat (AS) menanjak pada pembukaan perdagangan Selasa (12/5/2020), di tengah penilaian ulang investor atas tepat-tidaknya percepatan relaksasi karantina wilayah (lockdown).

Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 152 poin (+0,63%) pada pembukaan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), dan selang 10 menit kemudian agak surut menjadi 142,91 poin (+0,59%) ke 24.364,9. Indeks Nasdaq naik 4,9 poin (+0,05%) ke 9.197,25 dan S&P 500 melambung 5,79 poin (+0,2%) ke 2.936,11.

Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular Anthony Fauci dan pejabat lainnya dijadwalkan memberikan kesaksian di depan Komite Kesehatan Senat AS pada pukul 10:00 waktu setempat untuk membahas pembukaan kembali ekonomi.

Sebelumnya, Fauci dalam wawancara dengan New York Times mengatakan bahwa pembukaan kembali ekonomi yang terlalu cepat bisa memicu "kematian dan penderitaan yang tidak perlu."

Namun, pelaku pasar cenderung mengabaikan komentar itu, terlihat dari kenaikan harga saham-saham yang bakal diuntungkan dari pelonggaran lockdown, di sesi pra-pembukaan. Di antaranya adalah emiten perhotelan Marriott dan pengelola resor Wynn.

Indeks sektor teknologi yakni Nasdaq yang sudah menguat enam hari beruntun, berpeluang memperpanjang reli hari ini. Indeks tersebut telah menguat 2,4% sepanjang tahun berjalan. Saham teknologi diburu karena layanan mereka meningkat di tengah pandemi.

Dua indeks acuan bursa AS lainnya, yakni S&P 500 dan Dow Jones masih terhitung melemah sepanjang tahun berjalan, masing-masing sebesar -9,3% dan -15,1%. Indeks saham sektor energi menjadi yang terburuk dengan anjlok 36% sepanjang 2020.

Secara umum, pelaku pasar terlihat kurang yakin untuk memburu saham-saham unggulan di AS karena masih dihantui pertanyaan mengenai risiko penyebaran wabah COVID-19 gelombang kedua jika pelonggaran lockdown ternyata memang terlalu dini.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan bahwa beberapa negara yang melonggarkan lockdown kembali mencatatkan peningkatan kasus, termasuk di antaranya China yang sempat mengumumkan semua pasien sembuh.

"Pasar telah terbelah antara optimisme pembukaan kembali ekonomi secara sementara dan kekhawatiran seputar data ekonomi yang buruk," tutur Mike Pyle, Kepala Perencana Investasi Global BlackRock Investment Institute, dalam laporan risetnya yang dikutip CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular