
Sentimen Pasar Berbalik, Dow Jones Anjlok 250 Poin

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka anjlok pada pembukaan perdagangan Senin (11/5/2020) menyusul kekhawatiran bahwa pelonggaran karantina wilayah (lockdown) bakal terlalu dini sehingga memicu gelombang kedua penyebaran COVID-19.
Indeks Dow Jones Industrial Average ambles 250 poin (-1%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), dan selang 15 menit kemudian meipis menjadi 175,75 poin (-0,72%) ke 24.155,57. Indeks Nasdaq turun 6,88 poin (-0,08%) ke 9.114,44 dan S&P 500 tertekan 14,67 poin (-0,5%) ke 2.915,13.
Korea Selatan mengumumkan adanya kluster baru penyebaran di kelab malam. Sementara itu, Singapura dan Jepang juga mengonfirmasi kasus baru.
"Dunia masih di jalur pembukaan kembali perekonomian, sebuah proses yang akan terakselerasi beberapa pekan ke depan," tutur Adam Crisafulli, pendiri Vital Knowledge, dalam laporan risetnya sebagaimana dikutip CNBC International.
Namun, da mengingatkan bahwa indeks S&P 500 sudah mengalami jenuh beli (overbought) dan rawan terkoreksi.
Indeks S&P 500 telah menguat lebih dari 33% sejak menyentuh level tertingginya sehari pada 23 Maret, berkat kenakan saham berkapitalisasi pasar besar sebesar 20% yakni Facebook, Amazon, Apple, Netflix, Alphabet (induk usaha Google) dan Microsoft.
Apple pada Jumat pekan lalu mengumumkan akan membuka kembali toko di AS pekan ini. The stores, Apple said, will have temperature checks and will limit the number of customers inside the store at once.
Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte pekan lalu juga mengumumkan rencana pelonggaran lockdown lebih dn dari rencana semula, jika wabah kian terkontrol. Sementara itu, Australia akan membuka kembali restoran, taman bermain, dan kolam renang umum mulai Jumat.
Saham-saham yang diuntungkan oleh pembukaan kembali perekonomian saat itu menguat, seperti misalnya MGM Resorts (melesat lebih dari 70%), sedangkan saham Disney melonjak 27,3% pada periode tersebut. Namun hari ini, keduanya anjlok masing-masing 3,6% dan 1,2%.
Pelaku pasar masih berhitung terkait dengan kondisi sebenarnya perekonomian dan sejauh mana penurunan penyebaran wabah terjadi. Jika ternyata pelonggaran terbukti terlalu dini, maka penyebaran COVID-19 bakal kembali terjadi.
TIM RISET CNBC INDONESIA(ags/ags) Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir