Menguat 2,6% Sehari, Ini Kunci Kenaikan Harga Batu Bara

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
01 May 2020 18:03
eskcavator dan batu bara
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara melemah meninggalkan level psikologis US$60 per ton pekan ini. Namun, harga batu bara tersebut menguat ke level US$ 53,55 pada Kamis (29/4/2020). Karantina wilayah (lockdown) masih menjadi penekan permintaan yang justru membuka peluang kenaikan harga.

Pekan ini menjadi pekan buruk bagi pasar energi utama kedua di dunia ini. Mengutip Revinitif, harga batu bara di pelabuhan New Castle Australia berada di level US$53,33 per ton per kemarin, setelah menyentuh level terendah sepanjang tahun di US$ 50,9 per ton pada Senin.

Secara harian, harga pasir hitam tersebut terhitung menguat 2,59% dari harga Rabu US$52,2 per ton. Namun jika dibandingkan dengan penutupan akhir tahun di US$69,05 per ton posisi penutupan Kamis kemarin terhitung anjlok 22,55%, atau nyaris seperempatnya.

Koreksi ini terjadi di tengah masih terbatas permintaan batu bara menyusul kebijakan lockdown di negara-negara utama konsumen batu bara seperti India dan China. Berhentinya aktivitas manufaktur akibat lockdown memicu terhentinya pasokan energi tersebut karena permintaan anjlok.

Mengutip laporan bulanan PT Bumi Resources Tbk, eksportir terbesar batu bara nasional, permintaan ketat memang masih terjadi. Di pasar China, harga batu bara masih cenderung menurun, dengan kisaran harga US$ 30-31 per ton untuk produk kalori rendah (3.800 kcal) dan US$ 47-47,5 per ton untuk kalori tinggi (5.000 kcal).

Produsen utama batu bara di Negeri Panda memangkas harga kontrak April karena minat beli yang sangat rendah dengan pasokan yang masih menggunung di pelabuhan mereka di pesisir Utara dan mencapai level tertingginya sejak 2015.

Pasar batu bara kalori tinggi juga tidak bagus-bagus amat. PLN-nya Jepang yakni Tohoku dan raksasa batu bara Australia Glencore, misalnya, sepakat menjual batu bara di harga US$ 68,75/ton untuk batu bara berkadar 6.322 kcal/kg pengiriman April 2020 hingga Maret 2021.

"Dengan banyak negara masih menerapkan lockdown (karantina wilayah) seperti misalnya India, Pakistan, Filipina, Malaysia, dan Jepang, permintaan untuk kuartal kedua diperkirakan masih rendah," tutur Direktur Bumi Dileep Srivastava.

 

Pembalikan Situasi

Sepanjang April, Bumi Resources mencatat tren pelemahan harga menjadi US$ 49/ton, dari posisi Maret yang berada di level US$ 69 per ton. Harga diproyeksikan berada di level US$ 55/ton tahun ini dan membaik akhir tahun depan ke US$ 60/ton.

Emten berkode BUMI ini mengakui menghadapi penurunan pesanan batu bara di salah satu pasar utamanya India sehingga mempengaruhi angka penjualan April. Situasi ini diperkirakan masih terjadi hingga Mei. India Biasanya menyumbang lebih dari 20% dari penjualan perseroan.

Harga jual perseroan pada Maret turun menjadi US$ 48,7/ton, dibandingkan dengan posisi harga Februari pada US$ 50,8/ton. Harga di pasar domestik juga turun ke kisaran US$ 30/ton untuk kalori menengah (4.200).

Dileep menilai koreksi harga di pasar akan berujung pada koreksi tingkat produksi secara natural di lapangan. Suplai di pasar akan berkurang setelah para produsen yang memiliki biaya tinggi dipaksa oleh keadaan untuk berhenti beroperasi.

"Dengan harga rendah ini, kemungkinan akan ada banyak produsen berbiaya tinggi di China, Indonesia dan Australia berproduksi dengan kas negatif. Oleh karena itu, harga di level sekarang dalam jangka menengah dan panjang akan menyingkirkan mereka dari pasar sehingga suplai turun," tuturnya.

Bumi merupakan salah satu produsen batu bara dengan biaya produksi rendah. Perseroan mencatatkan efisiensi biaya produksi secara signifikan di level US$ 33,5/ton (per Maret), atau lebih baik dari target di angka US$ 34,2/ton. Sepanjang kuartal I, biaya produksi sukses diturunkan ke level US$ 34.5/ton.

Dengan penurunan pasokan batu bara karena produsen berbiaya tinggi setop operasi, maka dalam titik tertentu keseimbangan suplai dan permintaan bakal terbentuk, sehingga membantu penguatan harga batu bara di pasar.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Naik Tajam, Laba Bersih Bumi Resources (BUMI) Melonjak 45,5% di 2024

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular