
Mantap! IHSG Menutup Sesi Satu dengan Kenaikan 118 Poin

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Indonesia melenggang ke jalur hijau pada penutupan sesi pertama Kamis (30/4/2020), mengindikasikan selera mengambil risiko (risk appetite) pemodal kian pulih di tengah kabar obat COVID-19.
Pada pukul 11:30 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 118,16 poin (2,6%) ke 4.685,48. Laju penguatan tersebut membesar dibandingkan dengan sesi pembukaan yang kenaikannya tipis dan bahkan nyaris flat.
Data PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan 240 saham menguat, 130 lain melemah dan 120 sisanya flat. Investor asing untuk sementara membukukan penjualan bersih (net sell) senilai Rp 129,4 miliar dari total nilai transaksi hari ini Rp 3,2 triliun, dengan volume saham 2,1 miliar.
Memasuki istirahat perdagangan Jakarta, bursa Asia menghijau. Indeks Shanghai Composite China menguat 1,3%, Nikkei Jepang naik 2,9%, dan Straits Times Singapura terapresiasi 2,1%. Mereka mengekor Wall Street yang menghijau dengan reli indeks Dow Jones sebesar 2,2%.
Kabar perkembangan obat COVID-19 remdesivir produksi Gilead Science membuat risk appetite investor kembali menyala. Mengutip CNBC International, kandidat obat COVID-19 yang sempat diragukan kemujarabannya tersebut menunjukkan hasil menjanjikan.
Gilead Science mengatakan bahwa lebih dari setengah dari pasien yang diuji dengan obat tersebut menunjukkan perbaikan dan bisa keluar dari rumah sakit dalam kurun waktu dua pekan saja.
Penasihat kesehatan Gedung Putih Anthony Fauci pun membenarkan hal tersebut setelah obat itu diujikan pada 800 pasien COVID-19. Saat ini Food & Drug Administration (FDA) AS terus berdiskusi dengan Gilead agar remdesivir tersedia untuk pasien COVID-19 'secepat mungkin', begitu kata penasihat senior FDA Michael Felberbaum.
Kabar baik lainnya adalah janji bank sentral AS, The Fed yang akan tetap menjaga suku bunga acuan di kisaran 0-0,25% selama diperlukan untuk mendukung pembukaan lapangan kerja dan mencapai target inflasi di level 2%.
"Kami tidak akan terburu-buru untuk normalisasi suku bunga dan kebijakan moneter lainnya. Kami akan menunggu sampai kami yakin perekonomian berada di jalur pemulihan yang benar" kata bos The Fed, Jerome Powell.
Setelah membabat suku bunya menjadi 0-0,25% Maret lalu, The Fed menggelontorkan stimulus senilai US$ 2,3 triliun, termasuk di dalamnya program pinjaman senilai US$ 600 miliar untuk perusahaan dengan karyawan 10.000 orang atau maksimal penjualan US$ 2,5 miliar (per 2019).
TIM RISET CNBC INDONESIA(ags/ags) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000