
Analisis Teknikal
Jika tak Ada Aral Melintang, Rupiah Akan Cetak Quattrick
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 April 2020 08:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (29/4/2020) kemarin. Mengingat besok libur Hari Buruh, maka perdagangan Kamis (30/4/2020) menjadi yang terakhir di pekan ini, dan rupiah berpeluang besar mencatat quattrick alias penguatan 4 pekan beruntun.
Rupiah langsung menguat begitu perdagangan Rabu kemarin dibuka, meski sempat terkoreksi tetapi seperti biasa di menit-menit akhir perdagangan rupiah melesat dan menutup hari di Rp 15.260/US$, menguat 0,78% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Rupiah yang menguat sejak pagi hari kemarin, merupakan sesuatu yang jarang terjadi dalam beberapa perdagangan terakhir. Penguatan rupiah terjadi merespon video conference Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, yang memaparkan Perkembangan Ekonomi Terkini.
Sejak pasar finansial bergejolak di bulan Maret, BI secara rutin memberikan update terbaru kondisi ekonomi dalam negeri. Pada pekan-pekan sebelumnya Gubernur Perry memberikan update pada hari Selasa dan Kamis pukul 14:00 WIB, tetapi memasuki bulan puasa, dilakukan seminggu sekali pada hari Rabu, dan mulai pukul 8:30 WIB.
Dalam beberapa kesempatan, rupiah selalu menguat merespon video conference tersebut, sebabnya Perry selalu menebar optimisme. Hal tersebut juga terjadi kemarin.
Pelemahan rupiah Selasa (28/4/2020) lalu dikatakan sebagai akibat permintaan valas yang tinggi di akhir bulan, serta faktor teknikal, dan BI masih pede rupiah akan ke Rp 15.000/US$ di akhir tahun nanti.
Dengan penguatan Kamis kemarin, total sepanjang bulan ini rupiah mencatat menguat 6,38%, dan jika hari ini tidak melemah, Mata Uang Garuda akan membukukan quattrick alias penguatan 4 pekan beruntun melawan Mata Uang Paman Sam.
Jalan bagi rupiah sedang terbuka lebar, bahkan rupiah berpotensi berlari kencang akibat sentimen pelaku pasar yang sedang bagus setelah obat remdesivir dari Gilead Sciences Inc. dilaporkan sukses mengobati pasien Covid-19.
Tahap awal uji klinis remdesivis tersebut yang dilakukan oleh National Institute of Allergy and Infectious Diseases sudah mencapai tahap akhir, dan Gilead mengatakan ekspektasi pengobatan virus corona semakin tinggi.
Direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases, Dr. Anthony Fauci, mengatakan remdesivir menunjukkan hasil yang positif yang "jelas" dalam mengobati pasien virus corona.
Gilead juga merilis hasil uji klinis sendiri yang menunjukkan peningkatan kondisi pasien positif Covid-19 saat menggunakan remdesivir buatannya.
Presiden AS, Donald Trump, pada Rabu waktu setempat mengatakan ia ingin Food and Drug Administration (FDA) bergerak secepat yang mereka bisa untuk menyetujui remdesivir Gilead digunakan sebagai pengobatan virus corona.
"Kami ingin melihat persetujuan yang cepat, khususnya dengan obat yang mampu mengobati Covid-19" kata Trump di Gedung Putih.
FDA sebelumnya juga sudah mengatakan sedang melakukan diskusi dengan Gilead untuk membuat remdesivir tersedia bagi pasien "secepat mungkin, dan setepat mungkin".
Kabar tersebut membuat sentimen pelaku pasar membaik, harapan akan segara berakhirnya pandemi Covid-19 semakin membuncah. Saat sentimen pelau pasar membaik, rupiah akan "mengerikan" bagi dolar AS.
Secara teknikal, pada pekan lalu Tim Riset CNBC Indonesia memprediksi rupiah akan mampu mencetak hat-trick. Meski pada akhirnya terjadi, tetapi rupiah masih belum mampu mencapai support (tahanan bawah) mingguan di Rp 15.200/US$. Support tersebut kemungkinan besar akan tercapai hari ini, bahkan bisa saja dilewati.
Indikator stochastic pada grafik mingguan rupiah (yang disimbolkan USD/IDR) baru turun dari wilayah jenuh beli (overbought) dan masih belum jauh.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas level 80), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang turun, yang artinya dolar AS berpeluang melemah setelah stochastic mencapai overbought.
Target penguatan rupiah secara mingguan masih di support Rp 15.200/US$. Jika mampu dilewati, rupiah berpeluang menuju Rp 15.000/US$.
Meski demikian, jika melihat grafik harian, stochastic kini semakin lama berada di wilayah jenuh jual (oversold), yang tentunya membatasi penguatan rupiah, bahkan ada risiko terkoreksi.
Stochatic yang oversold (di bawah level 20) tersebut menjadi salah satu faktor yang membuat rupiah selalu melemah di awal perdagangan dalam beberapa hari terakhir, sebelum berbalik menguat di penutupan. Selasa kemarin, rupiah juga seperti itu meski tidak berakhir menguat, tetapi rupiah kembali membentuk pola Shooting Star, dan sukses membuat rupiah melesat 0,78% pada Rabu kemarin.
Rupiah jika dilihat dengan grafik candle stick pada hari Selasa, badan (body) kecil di bagian bawah, sementara ekornya (tail) panjang ke atas.
Pola tersebut disebut Shooting Star, dan kerap dijadikan sinyal pembalikan arah atau USD/IDR akan bergerak turun, dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.
Dalam satu bulan terakhir, Shooting Star sudah muncul beberapa kali dan sukses membawa rupiah menguat. Secara psikologis, pola Shooting Star menunjukkan aksi jual dolar berusaha mendominasi pasar.
Rupiah saat ini berada di bawah Rp 15.340/US$ yang bisa menjadi kunci pergerakan hari ini. Koreksi atau pelemahan rupiah akibat indikator stochastic yang oversold berpeluang ditahan level tersebut. Selama tidak dilewati atau selama tertahan di bawah Rp 15.340/US$, rupiah berpeluang menguat ke Rp 15.200/US$.
Penembusan di bawah level tersebut akan membawa rupiah menguat menuju Rp 15.000/US$. Sementara jika Rp 15.340/US$ berhasil ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 15.400/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Rupiah langsung menguat begitu perdagangan Rabu kemarin dibuka, meski sempat terkoreksi tetapi seperti biasa di menit-menit akhir perdagangan rupiah melesat dan menutup hari di Rp 15.260/US$, menguat 0,78% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Rupiah yang menguat sejak pagi hari kemarin, merupakan sesuatu yang jarang terjadi dalam beberapa perdagangan terakhir. Penguatan rupiah terjadi merespon video conference Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, yang memaparkan Perkembangan Ekonomi Terkini.
Dalam beberapa kesempatan, rupiah selalu menguat merespon video conference tersebut, sebabnya Perry selalu menebar optimisme. Hal tersebut juga terjadi kemarin.
Pelemahan rupiah Selasa (28/4/2020) lalu dikatakan sebagai akibat permintaan valas yang tinggi di akhir bulan, serta faktor teknikal, dan BI masih pede rupiah akan ke Rp 15.000/US$ di akhir tahun nanti.
Dengan penguatan Kamis kemarin, total sepanjang bulan ini rupiah mencatat menguat 6,38%, dan jika hari ini tidak melemah, Mata Uang Garuda akan membukukan quattrick alias penguatan 4 pekan beruntun melawan Mata Uang Paman Sam.
Jalan bagi rupiah sedang terbuka lebar, bahkan rupiah berpotensi berlari kencang akibat sentimen pelaku pasar yang sedang bagus setelah obat remdesivir dari Gilead Sciences Inc. dilaporkan sukses mengobati pasien Covid-19.
Tahap awal uji klinis remdesivis tersebut yang dilakukan oleh National Institute of Allergy and Infectious Diseases sudah mencapai tahap akhir, dan Gilead mengatakan ekspektasi pengobatan virus corona semakin tinggi.
Direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases, Dr. Anthony Fauci, mengatakan remdesivir menunjukkan hasil yang positif yang "jelas" dalam mengobati pasien virus corona.
Gilead juga merilis hasil uji klinis sendiri yang menunjukkan peningkatan kondisi pasien positif Covid-19 saat menggunakan remdesivir buatannya.
Presiden AS, Donald Trump, pada Rabu waktu setempat mengatakan ia ingin Food and Drug Administration (FDA) bergerak secepat yang mereka bisa untuk menyetujui remdesivir Gilead digunakan sebagai pengobatan virus corona.
"Kami ingin melihat persetujuan yang cepat, khususnya dengan obat yang mampu mengobati Covid-19" kata Trump di Gedung Putih.
FDA sebelumnya juga sudah mengatakan sedang melakukan diskusi dengan Gilead untuk membuat remdesivir tersedia bagi pasien "secepat mungkin, dan setepat mungkin".
Kabar tersebut membuat sentimen pelaku pasar membaik, harapan akan segara berakhirnya pandemi Covid-19 semakin membuncah. Saat sentimen pelau pasar membaik, rupiah akan "mengerikan" bagi dolar AS.
Secara teknikal, pada pekan lalu Tim Riset CNBC Indonesia memprediksi rupiah akan mampu mencetak hat-trick. Meski pada akhirnya terjadi, tetapi rupiah masih belum mampu mencapai support (tahanan bawah) mingguan di Rp 15.200/US$. Support tersebut kemungkinan besar akan tercapai hari ini, bahkan bisa saja dilewati.
Indikator stochastic pada grafik mingguan rupiah (yang disimbolkan USD/IDR) baru turun dari wilayah jenuh beli (overbought) dan masih belum jauh.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas level 80), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang turun, yang artinya dolar AS berpeluang melemah setelah stochastic mencapai overbought.
Target penguatan rupiah secara mingguan masih di support Rp 15.200/US$. Jika mampu dilewati, rupiah berpeluang menuju Rp 15.000/US$.
Meski demikian, jika melihat grafik harian, stochastic kini semakin lama berada di wilayah jenuh jual (oversold), yang tentunya membatasi penguatan rupiah, bahkan ada risiko terkoreksi.
Stochatic yang oversold (di bawah level 20) tersebut menjadi salah satu faktor yang membuat rupiah selalu melemah di awal perdagangan dalam beberapa hari terakhir, sebelum berbalik menguat di penutupan. Selasa kemarin, rupiah juga seperti itu meski tidak berakhir menguat, tetapi rupiah kembali membentuk pola Shooting Star, dan sukses membuat rupiah melesat 0,78% pada Rabu kemarin.
![]() Foto: Refinitiv |
Rupiah jika dilihat dengan grafik candle stick pada hari Selasa, badan (body) kecil di bagian bawah, sementara ekornya (tail) panjang ke atas.
Pola tersebut disebut Shooting Star, dan kerap dijadikan sinyal pembalikan arah atau USD/IDR akan bergerak turun, dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.
Dalam satu bulan terakhir, Shooting Star sudah muncul beberapa kali dan sukses membawa rupiah menguat. Secara psikologis, pola Shooting Star menunjukkan aksi jual dolar berusaha mendominasi pasar.
Rupiah saat ini berada di bawah Rp 15.340/US$ yang bisa menjadi kunci pergerakan hari ini. Koreksi atau pelemahan rupiah akibat indikator stochastic yang oversold berpeluang ditahan level tersebut. Selama tidak dilewati atau selama tertahan di bawah Rp 15.340/US$, rupiah berpeluang menguat ke Rp 15.200/US$.
Penembusan di bawah level tersebut akan membawa rupiah menguat menuju Rp 15.000/US$. Sementara jika Rp 15.340/US$ berhasil ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 15.400/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular