
Kejatuhan Harga Minyak Guncang Sebagian Bursa Asia

Jakarta, CBNC Indonesia - Bursa saham Asia mayoritas mengalami koreksi pada perdagangan Selasa (28/4/2020) karena kejatuhan harga minyak mentah. Pada saat yang bersamaan, indeks berjangka (futures) Dow Jones, juga mengalami koreksi.
Berdasarkan laporan Reuters, Indeks MSCIdari saham Asia-Pasifik di luar Jepang. Indeks Nikkei turun 0,3%, saham di China yaitu indeks Shanghai turun 0,7%, dan saham Korea Selatan indeks Kospi turun 0,22%.
Pada awalnya, Senin (27/4/2020), harga minyak mentah sempat turun sehingga membangkitkan jalur optimisme bagi pasar di tengah mewabahnya pandemi virus corona (Covid-19). Optimisme pasar juga disokong dengan adanya kebijakan pelonggaran pembatasan (lockdown) yang dilakukan di beberapa negara.
Saham Dana Minyak Amerika Serikat LP (USO.P), minyak mentah ETF terbesar di negara itu, turun lebih dari 16% pada hari Senin (27/4/2020), setelah mengatakan akan menjual semua kontrak minyak mentah bulan depan untuk menghindari terulangnya kerugian besar yang diderita minggu lalu.
Harga minyak kembali melemah karena kekhawatiran terus-menerus tentang kelebihan pasokan dan kurangnya ruang penyimpanan. Kontrak bulan depan diperdagangkan pada volume yang lebih rendah dari biasanya pada hari Senin (27/4/2020) karena buyer pindah ke dalam kontrak berjangkabulan berikutnya.
Minyak mentah AS WTI tergelincir 14,24% menjadi $ 10,96 per barel sementara minyak mentah Brent turun 4,05% menjadi $ 19,18 per barel.
Sedangkan benchmark S&P 500 sedang berada di jalur terbaik sejak 1987. Ini efek dari triliunan dolar stimulus yang membantu ekuitas AS untuk mengambil kembali sebagian besar yang hilang sejak krisis Covid-19.
Namun beberapa analis percaya keuntungan mungkin terbatas kecuali ada kemajuan dalam menemukan obat untuk virus corona.
Selain itu, Reuters juga melaporkan bahwa Dolar AS dan euro sedikit berubah karena pedagang menahan diri dari mengambil posisi besar sebelum keputusan kebijakan The FED pada hari Rabu dan pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) Kamis.
The Fed telah mengumumkan langkah-langkah untuk mengurangi pukulan ekonomi dari pandemi coronavirus dan diperkirakan akan tetap ditahan minggu ini.
Selain itu, ECB kemungkinan akan memperpanjang pembelian utangnya untuk memasukkan obligasi rongsokan dan memberikan penghalang bagi pembiayaan perusahaan.
Dari Italia ke Selandia Baru, pemerintah mengumumkan pelonggaran pembatasan, sementara Inggris mengatakan masih terlalu dini untuk bersantai di sana. Negara bagian New York diperkirakan tidak akan dibuka kembali selama berminggu-minggu.
Di samping itu, investor berharap situasi buruk ini akan segera berakhir bagi ekonomi dunia karena lebih banyak negara memungkinkan bisnis untuk dibuka kembali. Namun beberapa negara yang lain melihat alasan untuk tetap berhati-hati, terutama karena vaksin coronavirus (Covid-19) belum dikembangkan.
"Kami kurang optimis dan mengharapkan pemulihan yang lebih lambat dalam ekonomi dunia," kata Commonwealth Bank of Australia, dikutip Reuters.
(ald/hps) Next Article Libur Imlek, Bursa Saham Jepang Dibuka Cerah