Dolar Singapura di Rp 10.830, Dekat Level Terlemah 1 Bulan

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 April 2020 10:49
dollar singapura (Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat melawan rupiah di awal perdagangan Jumat (24/4/2020), meski masih berada di dekat level terlemah dalam satu bulan terakhir. Sentimen pelaku pasar yang memburuk akibat obat penyakit virus corona (COVID-19) yang dilaporkan gagal menyembuhkan pasien positif.

Pada pukul 10:20 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.830,7, dolar Singapura menguat 0,52% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pada hari Selasa lalu, dolar Singapura menyentuh level Rp 10.744,44/SG$ yang merupakan level terendah sejak 19 Maret.

Kamis kemarin, dolar Singapura juga menguat tajam sebesar 1,26% di awal perdagangan, tetapi saat penutupan justru melemah 0,14%. Dengan demikian, sepanjang bulan April hingga Kamis kemarin, dolar Singapura sudah melemah 6%. Pelemahan tajam tersebut tentunya rentan akan koreksi yang membawa dolar Singapura menguat. Apalagi, sentimen pelaku pasar saat ini kurang bagus, sehingga agak membebani rupiah.

Pada Jumat (17/4/2020) pekan lalu, pelaku pasar sempat dibuat ceria setelah adanya kabar Gilead Science Inc, raksasa farmasi di AS, memiliki obat yang efektif melawan virus corona.



CNBC International mengutip media STAT melaporkan rumah sakit di Chicago merawat pasien Covid-19 yang parah dengan obat antivirus remdesivir yang dalam uji coba klinis dan diawasi ketat. Hasilnya, pasien tersebut menunjukkan pemulihan yang cepat dari demam dan gangguan pernapasan.

Tetapi hari ini, pelaku pasar dibuat kecewa setelah Financial Times melaporkan obat redemsivir dari Gilead tersebut tidak mampu memperbaiki kondisi pasien. Financial Times mengutip sebuah dokumen yang secara tidak sengaja dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), dan merupakan hasil uji klinis di China, sebagaimana dilansir CNBC International.

Merespon berita tersebut, sentimen pelaku pasar kembali memburuk, dan rupiah sekali lagi terpuruk. Tetapi tidak menutup kemungkinan rupiah akan kembali menguat di akhir perdagangan seperti kemarin. Sebabnya, masih ada kabar bagus yang bisa membuat sentimen pelaku pasar membaik, yakni harga minyak mentah yang terus bergerak naik.

Selain itu, Dolar Singapura sebenarnya dalam kondisi kurang bagus akibat jumlah kasus penyakit yang disebabkan virus corona (COVID-19) kini sudah lebih dari 11.000 kasus.

Akibatnya, Perdana Menteri Lee Hsien Loong memperpanjang kebijakan kebijakan "semi-lockdown" atau yang disebut dengan "circuit breaker". Seharusnya kebijakan tersebut berakhir 4 Mei, tetapi kini diperpanjang hingga 1 Juni.

Kebijakan tersebut mulai diterapkan pada Selasa (7/4/2020), warga diminta untuk tetap tinggal di rumah, dan sekolah-sekolah juga diliburkan sehari setelahnya. Hanya layanan penting seperti pasar, supermarket, klinik, rumah sakit, transportasi dan perbankan yang diperbolehkan buka.

Singapura merupakan salah satu negara yang terpapar COVID-19 sejak awal kemunculannya, bahkan sempat menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak kedua setelah China. Tetapi, Singapura mampu meredam penyebarannya, hingga pertengahan Maret total jumlah kasus sekitar 200-an orang.

Tetapi setelahnya, Negeri Merlion menghadapi "serangan" virus corona gelombang kedua. Sebabnya, warga negara Singapura yang tinggal di Eropa maupun Amerika Serikat (AS) "mudik" setelah Eropa kemudian AS menjadi episentrum penyebaran COVID-19.

Kementerian Kesehatan Singapura melaporkan total kasus COVID-19 saat ini sebanyak 11.178 orang.

Dampaknya, Singapura mengalami lonjakan kasus, hingga hari ini jumlah kasus tercatat lebih dari 11.000 orang, meroket dibandingkan pertengahan Maret lalu yang hanya 200-an.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular