
Perpanjang Semi-Lockdown, Dolar Singapura ke Bawah Rp 10.800
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 April 2020 18:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah memang melemah melawan dolar Amerika Serikar (AS) hari ini, tetapi berhadapan dengan dolar Singapura Mata Uang Garuda masih perkasa. Lonjakan kasus penyakit virus corona (COVID-19) di Negeri Merlion membuat dolar Singapura lemas.
Pada pukul 17:28 WIB, SG$ 1 setara 10.766,22, dolar Singapura melemah 0,47%, berdasarkan data Refinitiv.
Kementerian Kesehatan Singapura hari ini melaporkan ada penambahan kasus COVID-19 sebanyak 1.111, sehingga total menjadi 9.125 orang.
Akibatnya, Perdana Menteri Lee Hsien Loong memperpanjang kebijakan kebijakan "semi-lockdown" atau yang disebut dengan "circuit breaker". Seharusnya kebijakan tersebut berakhir 4 Mei, tetapi kini diperpanjang hingga 1 Juni
Kebijakan tersebut mulai diterapkan pada Selasa (7/4/2020), warga diminta untuk tetap tinggal di rumah, dan sekolah-sekolah juga diliburkan sehari setelahnya. Hanya layanan penting seperti pasar, supermarket, klinik, rumah sakit, transportasi dan perbankan yang diperbolehkan buka.
Singapura merupakan salah satu negara yang terpapar COVID-19 sejak awal kemunculannya, bahkan sempat menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak kedua setelah China. Tetapi, Singapura mampu meredam penyebarannya, hingga pertengahan Maret total jumlah kasus sekitar 200-an orang.
Tetapi setelahnya, Negeri Merlion menghadapi "serangan" virus corona gelombang kedua. Sebabnya, warga negara Singapura yang tinggal di Eropa maupun Amerika Serikat (AS) "mudik" setelah Eropa kemudian AS menjadi episentrum penyebaran COVID-19.
Dampaknya, Singapura mengalami lonjakan kasus, hingga hari ini jumlah kasus tercatat lebih dari 9.000 orang, meroket dibandingkan pertengahan Maret lalu yang hanya 200-an.
Sebelumnya di awal perdagangan hari ini, dolar Singapura sempat menguat melawan rupiah akibat memburuknya setelah jagat finansial dibuat heboh pada perdagangan hari ini setelah harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mengakhiri perdagangan Senin di wilayah minus. Berdasarkan data Refinitiv, minyak WTI sempat ambles hingga US$ -40,32/barel sebelum mengakhiri perdagangan di US$ -37,63/barel atau ambles 305,97% kemarin.
Sontak hal tersebut membuat sentimen pelaku pasar memburuk dan rupiah tertekan.
Tetapi pengumuman perpanjangan semi-lockdown di Singapura membuat mata uangnya lemas, dan rupiah berhasil memukul balik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
Pada pukul 17:28 WIB, SG$ 1 setara 10.766,22, dolar Singapura melemah 0,47%, berdasarkan data Refinitiv.
Kementerian Kesehatan Singapura hari ini melaporkan ada penambahan kasus COVID-19 sebanyak 1.111, sehingga total menjadi 9.125 orang.
Kebijakan tersebut mulai diterapkan pada Selasa (7/4/2020), warga diminta untuk tetap tinggal di rumah, dan sekolah-sekolah juga diliburkan sehari setelahnya. Hanya layanan penting seperti pasar, supermarket, klinik, rumah sakit, transportasi dan perbankan yang diperbolehkan buka.
Singapura merupakan salah satu negara yang terpapar COVID-19 sejak awal kemunculannya, bahkan sempat menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak kedua setelah China. Tetapi, Singapura mampu meredam penyebarannya, hingga pertengahan Maret total jumlah kasus sekitar 200-an orang.
Tetapi setelahnya, Negeri Merlion menghadapi "serangan" virus corona gelombang kedua. Sebabnya, warga negara Singapura yang tinggal di Eropa maupun Amerika Serikat (AS) "mudik" setelah Eropa kemudian AS menjadi episentrum penyebaran COVID-19.
Dampaknya, Singapura mengalami lonjakan kasus, hingga hari ini jumlah kasus tercatat lebih dari 9.000 orang, meroket dibandingkan pertengahan Maret lalu yang hanya 200-an.
Sebelumnya di awal perdagangan hari ini, dolar Singapura sempat menguat melawan rupiah akibat memburuknya setelah jagat finansial dibuat heboh pada perdagangan hari ini setelah harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mengakhiri perdagangan Senin di wilayah minus. Berdasarkan data Refinitiv, minyak WTI sempat ambles hingga US$ -40,32/barel sebelum mengakhiri perdagangan di US$ -37,63/barel atau ambles 305,97% kemarin.
Sontak hal tersebut membuat sentimen pelaku pasar memburuk dan rupiah tertekan.
Tetapi pengumuman perpanjangan semi-lockdown di Singapura membuat mata uangnya lemas, dan rupiah berhasil memukul balik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular