
Yakin Nih Pak Perry, Rupiah ke Rp 15.000/US$ di Akhir 2020?
Lidya Julita S, CNBC Indonesia
21 April 2020 13:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo berkali-kali menekankan bahwa nilai tukar rupiah akan membaik. Ia memperkirakan nilai tukar rupiah akan menuju ke level Rp 15.000 per dolar AS di akhir tahun.
Keyakinan BI dinilai hanya sekedar membangun optimisme di pasar keuangan untuk meyakinkan investor akan kebijakan yang dilakukan oleh BI dan pemerintah terutama dalam penanganan Covid-19.
"Ini sekadar strategi BI membangun optimisme. Melihat gejolak ekonomi global, penanganan covid-19 di Indonesia yang meragukan para investor dan harga minyak mentah yang sangat rendah sepertinya BI overshoot," ujar Ekonom INDEF Bhima Yudhistira kepada CNBC Indonesia, Selasa (21/4/2020).
Menurutnya, terutama saat ini gejolak resesi ekonomi dunia belum mencapai puncaknya dan diperkirakan terjadi di kuartal IV 2020. Sehingga ini bisa menyebabkan tekanan ke nilai tukar rupiah yang lebih dalam.
Oleh karenanya, ia pesimis nilai tukar rupiah bisa ke arah Rp 15.000 per US$ di akhir tahun ini. "Tidak menutup kemungkinan outlook negatif lembaga pemeringkat utang SnP akan di ikuti oleh downgrade rating utang oleh lembaga pemeringkat," jelasnya.
Apalagi, cara suatu negara mengendalikan rupiah adalah dengan ketersediaan cadangan devisanya. Nah, saat ini cadangan devisa Indonesia hanya berharap dari SBN pemerintah yang dilepas asing karena dari sektor pariwisata dan lainnya sedang tertekan.
"Sejauh ini cadev hanya berharap pada penerbitan surat utang pemerintah, di luar itu kinerja ekspor melambat, devisa pariwisata jelas tak menolong dan repatriasi dari TKI juga kecil sekali," tegasnya.
(dru) Next Article Menguat Lebih dari 1%, Rupiah Tembus Level 15.620/Dolar AS
Keyakinan BI dinilai hanya sekedar membangun optimisme di pasar keuangan untuk meyakinkan investor akan kebijakan yang dilakukan oleh BI dan pemerintah terutama dalam penanganan Covid-19.
"Ini sekadar strategi BI membangun optimisme. Melihat gejolak ekonomi global, penanganan covid-19 di Indonesia yang meragukan para investor dan harga minyak mentah yang sangat rendah sepertinya BI overshoot," ujar Ekonom INDEF Bhima Yudhistira kepada CNBC Indonesia, Selasa (21/4/2020).
Oleh karenanya, ia pesimis nilai tukar rupiah bisa ke arah Rp 15.000 per US$ di akhir tahun ini. "Tidak menutup kemungkinan outlook negatif lembaga pemeringkat utang SnP akan di ikuti oleh downgrade rating utang oleh lembaga pemeringkat," jelasnya.
Apalagi, cara suatu negara mengendalikan rupiah adalah dengan ketersediaan cadangan devisanya. Nah, saat ini cadangan devisa Indonesia hanya berharap dari SBN pemerintah yang dilepas asing karena dari sektor pariwisata dan lainnya sedang tertekan.
"Sejauh ini cadev hanya berharap pada penerbitan surat utang pemerintah, di luar itu kinerja ekspor melambat, devisa pariwisata jelas tak menolong dan repatriasi dari TKI juga kecil sekali," tegasnya.
(dru) Next Article Menguat Lebih dari 1%, Rupiah Tembus Level 15.620/Dolar AS
Most Popular