
Kompak! Kurs Rupiah di Pasar Spot & Jisdor Sama-sama Melemah
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 April 2020 10:47

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kompak melemah di pasar spot dan kurs tengah Bank Indonesia atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) pada hari ini Senin (20/4/2020).
Pada pukul 10.00 WIB, rupiah di pasar spot melemah 0,19% ke Rp 15.430/US$, melansir data Refinitiv. Sementara kurs JISDOR sebesar Rp 15.543/US$ atau melemah 0,26% dibandingkan Jumat pekan lalu.
Dalam dua pekan terakhir, rupiah menunjukkan penguatan tajam, di pasar spot sebesar 6,1%, sementara di kurs JISDOR sebesar 5,59%. Maka pelemahan pada hari ini masih bisa dimaklumi, penguatan tajam dalam waktu singkat selalu rentan terkena koreksi harga.
Sentimen pelaku pasar yang mulai membaik pada pekan lalu membawa rupiah terus menguat. Penyebaran penyakit virus corona (COVID-19) yang mulai melambat di negara-negara barat menjadi penyebab membaiknya sentimen pelaku pasar.
CNBC International melaporkan Italia dan Spanyol, mulai mencabut beberapa larangan pembatasan aktivitas warganya setelah jumlah kasus baru serta korban meninggal akibat COVID-19 terus menurun.
Tidak hanya itu, negara dengan nilai perekonomian terbesar di Benua Biru, Jerman, juga mempertimbangkan langkah-langkah secara bertahap menuju aktivitas normal.
AS, yang menjadi episentrum penyebaran COVID-19, juga mengalami pelambatan penyebaran.
Oleh karena itu, Presiden AS Donald Trump mulai berpikir untuk melonggarkan aturan pembatasan sosial (social distancing) dan karantina wilayah (lockdown) yang diberlakukan di banyak negara bagian. Pelonggaran itu akan dilakukan secara bertahap.
Meski demikian, beberapa negara bagian menolak rencana Presiden Trump tersebut. Misalnya di New York, episentrum corona di AS. Pertumbuhan jumlah pasien dan korban jiwa akibat virus corona memang turun, tetapi Gubernur Andrew Cuomo masih belum yakin untuk melakukan pelonggaran social distancing.
"Ini baru turun minum (half time). Kami harus terus memastikan bahwa monster sudah berhasil dikalahkan," kata Cuomo, seperti dikutip dari Reuters. Cuomo masih meminta warganya untuk mempraktikkan social distancing.
Di Indonesia sendiri penyebaran COVID-19 sedang dalam tren naik. Hingga Minggu kemarin, jumlah kasus positif dilaporkan sebanyak 6.575 orang, dengan 582 orang meninggal dunia, dan 686 dinyatakan sembuh.
Beberapa wilayah di Indonesia, seperti Jakarta, Bogor, dan Bekasi sudah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) guna meredam penyebaran COVID-19.
Perkembangan pandemi baik di dalam negeri maupun secara global akan terus menjadi penggerak utama rupiah melawan dolar AS, selain juga perkembangan obat maupun vaksin.
Pada pekan lalu, pasar dibuat ceria setelah raksasa farmasi AS, Gilead Science Inc., dilaporkan memiliki obat yang efektif melawan COVID-19.
CNBC International mengutip media STAT melaporkan rumah sakit di Chicago merawat pasien Covid-19 yang parah dengan obat antivirus remdesivir yang dalam uji coba klinis dan diawasi ketat. Hasilnya, pasien tersebut menunjukkan pemulihan yang cepat dari demam dan gangguan pernapasan.
Meski demikian masih perlu uji klinis lanjutan dari obat ini dengan sample yang lebih banyak dan metode yang lebih saintifik untuk benar-benar menguji efektivitas obat yang berpotensi jadi antivirus corona ini.
Sehingga kabar tersebut memberikan euforia sesaat bagi para pelaku pasar.
Seiring dengan membaiknya sentimen pelaku pasar, hasil survei menunjukkan rupiah perlahan mulai kembali "dicintai".
Survei dua mingguan yang dilakukan Reuters menunjukkan para pelaku pasar mulai mengurangi posisi short (jual) rupiah sejak awal April. Survei tersebut konsisten dengan pergerakan rupiah yang mulai menguat sejak awal April.
Hasil survei terbaru yang dirilis Kamis (16/4/2020) kemarin menunjukkan angka 0,86, turun jauh dari rilis sebelumnya 2 April sebesar 1,55, dan yang tertinggi pada survei yang dirilis 19 Maret sebesar 1,57.
Survei dari Reuters tersebut menggunakan rentang -3 sampai 3. Angka positif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) terhadap dolar AS dan jual (short) terhadap rupiah, begitu juga sebaliknya.
Semakin rendahnya angkat positif di hasil survei tersebut menunjukkan pelaku pasar semakin menurunkan posisi long dolar AS, yang berarti perlahan-lahan rupiah kembali diburu pelaku pasar.
Analis yang disurvei Reuters mengatakan turunnya posisi long dolar AS terhadap mata uang Asia sejalan dengan langkah bang sentral yang menyuntikkan likuiditas ke perekonomian sehingga menstabilkan pasar keuangan, kemudian adanya peluang pandemi COVID-19 sudah mencapai puncaknya.
Reuters juga melaporkan rupiah merupakan mata uang favorit pelaku pasar untuk melakukan carry trade, sehingga saat sentimen pelaku pasar membaik, rupiah akan menerima aliran modal asing yang membuatnya perkasa.
Carry trade merupakan strategi investasi dengan meminjam modal di negara yang suku bunganya rendah, kemudian diinvestasikan di negara dengan suku bunga yang tinggi.
Sebelum bulan Maret, hasil survei Reuters tersebut selalu menunjukkan angka minus (-) yang berarti pelaku pasar mengambil posisi short dolar AS dan long rupiah. Ketika itu rupiah masih membukukan penguatan secara year-to-date (YTD) melawan dolar AS.
Di bulan Januari, rupiah bahkan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia alias mata uang dengan penguatan terbesar. Saat itu bahkan tidak banyak mata uang yang mampu menguat melawan dolar AS. Hal tersebut juga sesuai dengan survei Reuters pada 23 Januari dengan hasil -0,86, yang artinya pelaku pasar mengambil posisi beli rupiah.
Rupiah bahkan disebut menjadi kesayangan pelaku pasar oleh analis dari Bank of Amerika Merryl Lycnh (BAML) saat itu.
"Salah satu mata uang yang saya sukai adalah rupiah, yang pastinya menjadi 'kesayangan' pasar, dan ada banyak alasan untuk itu" kata Rohit Garg, analis BAML dalam sebuah wawancara dengan CNBC International Selasa (21/1/2020).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada pukul 10.00 WIB, rupiah di pasar spot melemah 0,19% ke Rp 15.430/US$, melansir data Refinitiv. Sementara kurs JISDOR sebesar Rp 15.543/US$ atau melemah 0,26% dibandingkan Jumat pekan lalu.
Dalam dua pekan terakhir, rupiah menunjukkan penguatan tajam, di pasar spot sebesar 6,1%, sementara di kurs JISDOR sebesar 5,59%. Maka pelemahan pada hari ini masih bisa dimaklumi, penguatan tajam dalam waktu singkat selalu rentan terkena koreksi harga.
Sentimen pelaku pasar yang mulai membaik pada pekan lalu membawa rupiah terus menguat. Penyebaran penyakit virus corona (COVID-19) yang mulai melambat di negara-negara barat menjadi penyebab membaiknya sentimen pelaku pasar.
CNBC International melaporkan Italia dan Spanyol, mulai mencabut beberapa larangan pembatasan aktivitas warganya setelah jumlah kasus baru serta korban meninggal akibat COVID-19 terus menurun.
Tidak hanya itu, negara dengan nilai perekonomian terbesar di Benua Biru, Jerman, juga mempertimbangkan langkah-langkah secara bertahap menuju aktivitas normal.
AS, yang menjadi episentrum penyebaran COVID-19, juga mengalami pelambatan penyebaran.
Oleh karena itu, Presiden AS Donald Trump mulai berpikir untuk melonggarkan aturan pembatasan sosial (social distancing) dan karantina wilayah (lockdown) yang diberlakukan di banyak negara bagian. Pelonggaran itu akan dilakukan secara bertahap.
Meski demikian, beberapa negara bagian menolak rencana Presiden Trump tersebut. Misalnya di New York, episentrum corona di AS. Pertumbuhan jumlah pasien dan korban jiwa akibat virus corona memang turun, tetapi Gubernur Andrew Cuomo masih belum yakin untuk melakukan pelonggaran social distancing.
"Ini baru turun minum (half time). Kami harus terus memastikan bahwa monster sudah berhasil dikalahkan," kata Cuomo, seperti dikutip dari Reuters. Cuomo masih meminta warganya untuk mempraktikkan social distancing.
Di Indonesia sendiri penyebaran COVID-19 sedang dalam tren naik. Hingga Minggu kemarin, jumlah kasus positif dilaporkan sebanyak 6.575 orang, dengan 582 orang meninggal dunia, dan 686 dinyatakan sembuh.
Beberapa wilayah di Indonesia, seperti Jakarta, Bogor, dan Bekasi sudah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) guna meredam penyebaran COVID-19.
Perkembangan pandemi baik di dalam negeri maupun secara global akan terus menjadi penggerak utama rupiah melawan dolar AS, selain juga perkembangan obat maupun vaksin.
Pada pekan lalu, pasar dibuat ceria setelah raksasa farmasi AS, Gilead Science Inc., dilaporkan memiliki obat yang efektif melawan COVID-19.
CNBC International mengutip media STAT melaporkan rumah sakit di Chicago merawat pasien Covid-19 yang parah dengan obat antivirus remdesivir yang dalam uji coba klinis dan diawasi ketat. Hasilnya, pasien tersebut menunjukkan pemulihan yang cepat dari demam dan gangguan pernapasan.
Meski demikian masih perlu uji klinis lanjutan dari obat ini dengan sample yang lebih banyak dan metode yang lebih saintifik untuk benar-benar menguji efektivitas obat yang berpotensi jadi antivirus corona ini.
Sehingga kabar tersebut memberikan euforia sesaat bagi para pelaku pasar.
Seiring dengan membaiknya sentimen pelaku pasar, hasil survei menunjukkan rupiah perlahan mulai kembali "dicintai".
Survei dua mingguan yang dilakukan Reuters menunjukkan para pelaku pasar mulai mengurangi posisi short (jual) rupiah sejak awal April. Survei tersebut konsisten dengan pergerakan rupiah yang mulai menguat sejak awal April.
Hasil survei terbaru yang dirilis Kamis (16/4/2020) kemarin menunjukkan angka 0,86, turun jauh dari rilis sebelumnya 2 April sebesar 1,55, dan yang tertinggi pada survei yang dirilis 19 Maret sebesar 1,57.
Survei dari Reuters tersebut menggunakan rentang -3 sampai 3. Angka positif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) terhadap dolar AS dan jual (short) terhadap rupiah, begitu juga sebaliknya.
Semakin rendahnya angkat positif di hasil survei tersebut menunjukkan pelaku pasar semakin menurunkan posisi long dolar AS, yang berarti perlahan-lahan rupiah kembali diburu pelaku pasar.
Analis yang disurvei Reuters mengatakan turunnya posisi long dolar AS terhadap mata uang Asia sejalan dengan langkah bang sentral yang menyuntikkan likuiditas ke perekonomian sehingga menstabilkan pasar keuangan, kemudian adanya peluang pandemi COVID-19 sudah mencapai puncaknya.
Reuters juga melaporkan rupiah merupakan mata uang favorit pelaku pasar untuk melakukan carry trade, sehingga saat sentimen pelaku pasar membaik, rupiah akan menerima aliran modal asing yang membuatnya perkasa.
Carry trade merupakan strategi investasi dengan meminjam modal di negara yang suku bunganya rendah, kemudian diinvestasikan di negara dengan suku bunga yang tinggi.
Sebelum bulan Maret, hasil survei Reuters tersebut selalu menunjukkan angka minus (-) yang berarti pelaku pasar mengambil posisi short dolar AS dan long rupiah. Ketika itu rupiah masih membukukan penguatan secara year-to-date (YTD) melawan dolar AS.
Di bulan Januari, rupiah bahkan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia alias mata uang dengan penguatan terbesar. Saat itu bahkan tidak banyak mata uang yang mampu menguat melawan dolar AS. Hal tersebut juga sesuai dengan survei Reuters pada 23 Januari dengan hasil -0,86, yang artinya pelaku pasar mengambil posisi beli rupiah.
Rupiah bahkan disebut menjadi kesayangan pelaku pasar oleh analis dari Bank of Amerika Merryl Lycnh (BAML) saat itu.
"Salah satu mata uang yang saya sukai adalah rupiah, yang pastinya menjadi 'kesayangan' pasar, dan ada banyak alasan untuk itu" kata Rohit Garg, analis BAML dalam sebuah wawancara dengan CNBC International Selasa (21/1/2020).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular