
Nantikan Perry Warjiyo, Rupiah Ancang-ancang Menguat nih!
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 April 2020 13:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (14/4/2020), menjelang pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) dalam Rapat Dewan Gubernur BI siang ini.
Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung melemah 0,19% ke Rp 15.650/US$. Maklum saja, Senin kemarin rupiah menguat 1.14%, belum lagi penguatan sepanjang pekan lalu sebesar 3,66%, sehingga total penguatan rupiah menjadi 4,8% dalam 5 hari perdagangan (Jumat pekan lalu libur Hari Jumat Agung).
Penguatan yang cukup besar di kala mata uang utama Asia lainnya bersusah payah menghadapi tekanan dolar AS. Rupiah pun akhirnya terkoreksi, bahkan pelemahan sempat membengkak hingga 0,48% ke Rp 15.695/US$.
Namun, menjelang pengumuman kebijakan moneter BI, rupiah berhasil menipiskan pelemahan menjadi hanya 0,03% ke Rp 15.625/US$ pada pukul 12:45 WIB. Mata Uang Garuda terlihat mengambil ancang-ancang untuk kembali menguat.
Dalam beberapa perdagangan terakhir, penguatan rupiah memang selalu terjadi selepas tengah hari, dan semakin terakselerasi menjelang penutupan perdagangan.
Gubernur BI, Perry Warjioyo akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) selama dua hari mulai pukul 14:00 WIB nanti.
Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia menunjukkan BI diprediksi akan memangkas suku bunga acuan (7 Day Reverse Repo Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,25%.
Sebelumnya BI sudah dua kali memangkas suku bunga masing-masing 25 basis poin (bps) pada Februari dan Maret lalu hingga menjadi 4,5%, sementara lending facility menjadi 5,25% dan deposit facility 3,75%.
Hal tersebut dilakukan untuk menjaga likuiditas di pasar agar tidak terjadi pengetatan yang disebabkan penurunan aktivitas ekonomi akibat pandemi COVID-19.
BI juga mengeluarkan bauran kebijakan lainnya, guna memitigasi risiko pandemi Covid-19, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. BI juga selalu berupaya menstabilkan nilai tukar rupiah melalui triple intervention, yakni intervensi di pasar spot, pasar Domestic Non-deliverable Forward (DNDF), maupun pembelian SBN dari pasar sekunder.
Kurs rupiah yang sempat mengalami gejolak pada pertengahan Maret lalu. Saat itu, rupiah mengalami tekanan hebat, dalam sehari rupiah sempat ambles lebih dari 4% hingga menyentuh level Rp 16.620/US$ pada 23 Maret lalu. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak krisis moneter 1998 kala rupiah menyentuh rekor terlemah sepanjang masa Rp 16.800/US$.
Sejauh ini, upaya Perry dkk menstabilkan rupiah cukup berhasil, bahkan rupiah mencatat penguatan tajam sejak pekan lalu.
Kini rupiah kembali menanti "jamu" apa yang akan diberikan Perry dkk, sehingga Mata Uang Garuda mampu berlari kencang lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung melemah 0,19% ke Rp 15.650/US$. Maklum saja, Senin kemarin rupiah menguat 1.14%, belum lagi penguatan sepanjang pekan lalu sebesar 3,66%, sehingga total penguatan rupiah menjadi 4,8% dalam 5 hari perdagangan (Jumat pekan lalu libur Hari Jumat Agung).
Penguatan yang cukup besar di kala mata uang utama Asia lainnya bersusah payah menghadapi tekanan dolar AS. Rupiah pun akhirnya terkoreksi, bahkan pelemahan sempat membengkak hingga 0,48% ke Rp 15.695/US$.
Dalam beberapa perdagangan terakhir, penguatan rupiah memang selalu terjadi selepas tengah hari, dan semakin terakselerasi menjelang penutupan perdagangan.
Gubernur BI, Perry Warjioyo akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) selama dua hari mulai pukul 14:00 WIB nanti.
Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia menunjukkan BI diprediksi akan memangkas suku bunga acuan (7 Day Reverse Repo Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,25%.
Sebelumnya BI sudah dua kali memangkas suku bunga masing-masing 25 basis poin (bps) pada Februari dan Maret lalu hingga menjadi 4,5%, sementara lending facility menjadi 5,25% dan deposit facility 3,75%.
Hal tersebut dilakukan untuk menjaga likuiditas di pasar agar tidak terjadi pengetatan yang disebabkan penurunan aktivitas ekonomi akibat pandemi COVID-19.
BI juga mengeluarkan bauran kebijakan lainnya, guna memitigasi risiko pandemi Covid-19, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. BI juga selalu berupaya menstabilkan nilai tukar rupiah melalui triple intervention, yakni intervensi di pasar spot, pasar Domestic Non-deliverable Forward (DNDF), maupun pembelian SBN dari pasar sekunder.
Kurs rupiah yang sempat mengalami gejolak pada pertengahan Maret lalu. Saat itu, rupiah mengalami tekanan hebat, dalam sehari rupiah sempat ambles lebih dari 4% hingga menyentuh level Rp 16.620/US$ pada 23 Maret lalu. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak krisis moneter 1998 kala rupiah menyentuh rekor terlemah sepanjang masa Rp 16.800/US$.
Sejauh ini, upaya Perry dkk menstabilkan rupiah cukup berhasil, bahkan rupiah mencatat penguatan tajam sejak pekan lalu.
Kini rupiah kembali menanti "jamu" apa yang akan diberikan Perry dkk, sehingga Mata Uang Garuda mampu berlari kencang lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular