Kemakan Karma, Rupiah (Masih) Terlemah di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 April 2020 10:08
penukaran uang, rupiah
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/A Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga merah di perdagangan pasar spot.

Pada Selasa (14/4/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 15.722. Rupiah masih menguat 0,74% dibandingkan posisi sehari sebelumnya.

Sementara di pasar spot, rupiah pun melemah. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 15.635 di mana rupiah melemah 0,1%.

Baca: Sudah Menguat Kebangetan, Rupiah Kini Terlemah di Asia

Penguatan rupiah terjadi kala sebagian besar mata uang utama Asia menguat. Alhasil, depresiasi 0,1% sudah cukup untuk membuat rupiah menyandang status sebagai mata uang terlemah di Asia.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:02 WIB:


Baca: Rupiah! Larimu Terlalu Kencang, Awas Terpeleset & Jatuh

Melihat tetangganya rata-rata menguat, tentu faktor domestik yang membuat rupiah terdampar di zona merah. Setidaknya ada dua sentimen besar.

Pertama, rupiah rentan terkena aksi ambil untun (profit taking) karena sudah menguat tajam. Sejak awal April hingga kemarin, rupiah sudah menguat lebih dari 4%.

Penguatan yang begitu tajam ini mengandung karma. Akan datang saatnya investor merasa keuntungan yang didapat dari rupiah sudah cukup besar. Godaan untuk mencairkan cuan begitu besar, dan ketika ini terjadi rupiah akan terpapar aksi jual sehingga depresiasi tidak bisa dihindari. Karma has no menu, you get served what you deserve...

Baca: Rupiah 'Kesetanan', Mata Uang G20 Jadi Korban!

Sentimen kedua adalah penantian investor terhadap pengumuman suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) yang dijadwalkan pada pukul 14:00 WIB. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat akan menurunkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,25%.

"BI most likely akan memotong kembali suku bunga acuan menjadi 4,25% untuk memberikan stimulus bagi perekonomian yang sedang menurun akibat wabah Covid-19. Terlebih inflasi terjaga dan kurs rupiah mulai pulih," sebut Damhuri Nasution, Kepala Ekonom BNI Sekuritas.

Namun pasar tidak sepakat bulat. Tidak sedikit suara yang memperkirakan MH Thamrin tetap menahan suku bunga acuan di 4,5%.

"Kita belum tahu seberapa jauh dampak virus corona terhadap perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, menjaga 'amunisi' berupa suku bunga acuan menjadi berguna untuk masa depan, tidak perlu dikeluarkan sekarang," kata Wisnu Wardana, Ekonom Bank Danamon.

Kejelasan mengenai keputusan BI baru didapat nanti siang. Sebelum itu terjadi, pasar akan terus menduga-duga dan sembari menanti investor memlih wait and see terlebih dulu. Akibatnya, tidak banyak arus modal yang mengalir untuk mendukung penguatan rupiah.



TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular