Revenge of the Fallen! Usai Jatuh, Rupiah Balas Dendam

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 April 2020 10:14
Revenge of the Fallen! Usai Jatuh, Rupiah Balas Dendam
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga masih menghijau di perdagangan pasar spot.

Pada Senin (13/4/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar rate/Jisdor berada di Rp 15.840. Rupiah menguat tajam 2,47% dibandingkan posisi sebelum libur Jumat Agung.

Sementara di pasar spot, rupiah juga perkasa. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 15.775 di mana rupiah menguat 0,16%.


Penguatan rupiah terjadi mana kala mata uang Asia lainnya cenderung melemah di hadapan dolar AS. Selain rupiah, hanya yen Jepang yang mampu menguat.

Saat ini apresiasi mata uang Negeri Matahari Terbit sedikit lebih tinggi. Rupiah harus puas duduk di posisi runner-up 'klasemen' mata uang utama Asia.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang Benua Kuning di perdagangan pasar spot pukul 10:05 WIB:




Setelah tertekan pada pekan III dan IV Maret, sepertinya rupiah mulai menemukan bentuk permainan terbaik. Dalam dua pekan terakhir, mata uang Tanah Air menguat 3,22% di hadapan dolar AS.

Harap maklum, rupiah memang sudah jatuh begitu dalam. Selama sebulan terakhir, rupiah masih melemah sangat dalam yaitu nyaris 7% secara point-to-point. Sejak awal tahun ini, depresiasi rupiah lebih sangat lagi yaitu mencapai hampir 14%.



Kejatuhan yang sudah begitu dalam ini membuat rupiah punya kemungkinan lebih besar untuk bangkit. Saat sentimen di pasar keuangan dunia membaik, niscaya rupiah akan kembali diburu oleh investor karena memang sudah 'murah' alias undervalued.


Kebetulan saat ini sentimen di pasar sedang lumayan bagus. Pertama, pandemi virus corona (Coronavirus Desease-2019/Covid-19) terus menunjukkan gejala perlambatan.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, jumlah pasien positif corona di seluruh dunia per 11 April adalah 1.610.909 orang. Naik 5,89% dibandingkan sehari sebelumnya.

Akan tetapi, kenaikan 5,89% adalah yang terendah sejak 8 April. Juga lebih rendah dibandingkan rata-rata kenaikan harian selama 20 Januari-11 April yang sebesar 12,11%.


Kedua, pelaku pasar masih terbawa euforia stimulus kelas paus dari bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) yang bernilai US$ 2,3 triliun. The Fed memberikan pinjaman lunak kepada perbankan untuk disalurkan kembali kepada perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 10.000 karyawan. Ini dilakukan untuk menekan angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi sekecil-kecilnya.

Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega juga akan memberikan pinjaman kepada negara bagian dan kota-kota yang padat penduduk agar pemerintah setempat punya dana untuk menanggulangi dampak virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut. Untuk pemerintah daerah, anggarannya adalah US$ 500 miliar, termasuk di paket US$ 2,3 triliun.


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular