
Saat Bos BI Pede Rupiah Bisa ke Rp 15.000/US$ di Akhir 2020
Lidya Julita S, CNBC Indonesia
09 April 2020 14:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kini telah berada di bawah Rp 16.000/US$. Bank Indonesia (BI) makin pede nilai rupiah bisa Rp 15.000/US$ di akhir 2020.
"Nilai tukar rupiah tidak hanya stabil tapi juga menguat hari ini. Di awal pembukaan perdagangan Rp 16.200/US$ sekarang sudah bergerak di Rp 15.920," kata Perry dalam video conferencenya, Kamis (9/4/2020).
Menurut Perry, dengan stabilnya nilai rupiah, bank sentral semakin yakin nilai tukar rupiah akan menguat ke Rp 15.000/US$ di akhir 2020.
"Kenapa? Pada saat ini nilai tukar rupiah sekarang levelnya secara fundemental dari inflasi, transaksi berjalan, dan perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri, menunjukkan nilai tuker masih undervalue. Bisa cenderung menguat," katanya.
Ia mengatakan, confidence atau keyakinan pasar juga makin besar. Stimulus fiskal, lanjut Perry, menambah kepercayaan diri investor.
"Selain itu, kondisi risiko di global berangsur membaik. Walaupun belum pulih dan masih tinggi tapi cenderung membaik," katanya.
Perry mengatakan, intervensi yang dilakukan bank sentral bahkan tidak sebanyak seperti awal terjadinya kepanikan. Nilai rupiah masih akan tetap sesuai dengan mekanisme jual beli di pasar tanpa intervensi berlebihan dari BI.
"Mekanisme bid dan offer bergerak dinamis. Makin sesuai mekanisme pasar. BI kurangi lakukan intervensi, jumlah intervensi relatif kecil karena supply dan demand terpenuhi," tutur Perry.
(dru) Next Article RI, Jepang, China Hingga Korsel Siap 'Buang' Dolar AS di 2024
"Nilai tukar rupiah tidak hanya stabil tapi juga menguat hari ini. Di awal pembukaan perdagangan Rp 16.200/US$ sekarang sudah bergerak di Rp 15.920," kata Perry dalam video conferencenya, Kamis (9/4/2020).
Menurut Perry, dengan stabilnya nilai rupiah, bank sentral semakin yakin nilai tukar rupiah akan menguat ke Rp 15.000/US$ di akhir 2020.
Ia mengatakan, confidence atau keyakinan pasar juga makin besar. Stimulus fiskal, lanjut Perry, menambah kepercayaan diri investor.
"Selain itu, kondisi risiko di global berangsur membaik. Walaupun belum pulih dan masih tinggi tapi cenderung membaik," katanya.
Perry mengatakan, intervensi yang dilakukan bank sentral bahkan tidak sebanyak seperti awal terjadinya kepanikan. Nilai rupiah masih akan tetap sesuai dengan mekanisme jual beli di pasar tanpa intervensi berlebihan dari BI.
"Mekanisme bid dan offer bergerak dinamis. Makin sesuai mekanisme pasar. BI kurangi lakukan intervensi, jumlah intervensi relatif kecil karena supply dan demand terpenuhi," tutur Perry.
(dru) Next Article RI, Jepang, China Hingga Korsel Siap 'Buang' Dolar AS di 2024
Most Popular