Dow Futures Cuma Naik Tipis, Wall Street Dibayangi Koreksi

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
08 April 2020 18:14
Kontrak berjangka (futures) indeks saham Amerika Serikat (AS) bergerak cenderung menyamping pada Rabu (8/4/2020),
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks saham Amerika Serikat (AS) bergerak cenderung menyamping pada Rabu (8/4/2020), melanjutkan pergerakan volatil bursa di tengah melambatnya aktivitas perekonomian akibat wabah COVID-19.

Pada pukul 04:20 waktu setempat (17:20 WIB), kontrak futures Dow Jones naik tipis 41 poin, mengindikasikan bahwa indeks acuan Wall Street itu bakal melemah 11 poin pada sesi pembukaan. S&P 500 futures dan Nasdaq futures juga bergerak dengan pola yang sama.

Pada Selasa, indeks Dow Jones Industrial Average melemah 26 poin atau -0,1% setelah sempat menguat hingga 900 poin. Indeks S&P 500 tertekan 0,2%, setelah sempat menguat lebih dari 3% dan indeks Nasdaq turun 0,3% setelah sempat meroket 3%.

"Seperti yang ditunjukkan pasar saham [Selasa], volatilitas sepertinya masih ada selama beberapa waktu," tutur Jim Paulsen, Kepala Perencana Investasi Leuthold Group sebagaimana dikutip CNBC International.

Beberapa investor percaya bahwa bursa saham bergerak melampaui realitas di mana penghentian aktivitas ekonomi bakal menekan perekonomian hingga dua kuartal lebih. Goldman Sachs mengingatkan perihal "reli pasar bearish," yang seolah-olah menunjukkan bahwa dasar koreksi sudah tergapai sehingga menguat, padahal kenyataannya belum.

Namun, reli besar pada Senin di mana Dow Jones menguat lebih dari 1.600 poin, menunjukkan bahwa investor agak tertenangkan oleh kabar bahwa kasus COVID-19 di AS bakal cenderung melambat.

Kepala Strategi Kuantitatif dan Derivatif JPMorgan Marko Kolanovic mengatakan bahwa dia melihat ekonomi akan dibuka kembali secara "terbatas" dalam dua pekan. Mengacu pada data yang dimilikinya, Kolanovic yakni wabah di AS mendekati titik puncak dan bakal segera turun.

"Kami yakin telah melihat pertumbuhan kasus baru di AS dalam 3-4 hari yang lalu, dan kematian akan memuncak dalam sepekan, jadi kami menanti pembukaan kembali ekonomi dalam 1-2 pekan," tuturnya.

Saat ini, menurut data Johns Hopkins University, AS masih menjadi negara dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak di dunia, melampaui 383.000 with orang, dan berujung pada hilangnya 12.000 jiwa.

Pelaku pasar hari ini akan mencermati rilis risalah rapat The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) bulan lalu, untuk mencerna sikap dan arah kebijakan pejabat The Fed.  Sebelum rapat tersebut, The Fed telah memangkas suku bunga acuan AS menjadi 0%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Analis: Koreksi IHSG Terimbas Pelemahan Wall Street

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular