Dow Jones Dibuka Berfluktuasi Sambut Data Tenaga Kerja AS

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
03 April 2020 20:45
Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka melemah pada perdagangan Jumat (3/4/2020), tetapi kemudian berayun ke jalur hijau.
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka melemah pada perdagangan Jumat (3/4/2020), menyusul buruknya data tenaga kerja AS bulan Maret yang dirilis bersamaan dengan dipukulnya bel perdagangan.

Indeks Dow Jones Industrial Average tergerus 123 poin (-0,58%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), tetapi selang 10 menit kemudian berbalik naik sebesar 28,15 poin (+0,13%) ke 21.443,59. Indeks Nasdaq menguat 26,5 poin (+0,35%) ke 7.513,81 dan S&P 500 tumbuh 10,09 poin (+0,4%) ke 2.536,99.

Departemen Tenaga Kerja AS hari ini melaporkan sepanjang Maret terjadi pengurangan tenaga kerja sebanyak 701.000 orang di sektor swasta dan pemerintah, berbanding terbalik dengan bulan sebelumnya yang menyerap 275.000 tenaga kerja. Tingkat pengangguran naik menjadi 4,4% dari sebelumnya 3,5%, tetapi rata-rata gaji per jam justru naik 0,4%.

Data tersebut menimpali klaim tunjangan pengangguran AS pekan lalu yang dirilis kemarin. Dalam dua pekan terakhir total jumlah klaim tunjangan pengangguran mencapai 10 juta jiwa.

"Data slip gaji sektor non-pertanian hari ini mengonfirmasi apa yang sudah kita ketahui: ekonomi AS berkinerja baik sebelum efek COVID-19 terasa, dan bahwa dampak COVID-19 begitu buruk," tutur Lauren Goodwin, perencana portofolio New York Life Investments, sebagaimana dikutip CNBC International.

Pada Kamis kemarin, Dow Jones dan S&P 500 sama-sama menguat lebih dari 2% merespons kenaikan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI). Kenaikan itu dianggap sinyal bahwa industri minyak bakal pulih kembali, sehingga tidak memukul sektor migas AS.

Baik Dow Jones dan S&P 500 masih di bawah posisi tertingginya pada Februari, dengan rentang hingga 25%. Kekhawatiran seputar penyebaran penyakit COVID-19 memicu volatilitas perdagangan di bursa saham.

AS sejauh ini melaporkan ada 245.000 kasus infeksi virus corona strain baru, yang berujung pada kematian lebih dari 6.000 orang, menurut data Johns Hopkins University. Di tingkat global, pasien pengidap wabah ini telah melewati angka 1 juta.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular