
Dow Jones Dibuka Berayun Kencang dari Zona Merah ke Hijau

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) berayun kencang pada sesi pembukaan perdagangan Kamis (2/4/2020), di tengah lonjakan pengajuan klaim tunjangan pengangguran pekan lalu yang melebihi angka 6 juta orang.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan 6,6 juta orang mengajukan klaim asuransi pengangguran pekan lalu (per 27 Maret). Angka ini jauh di atas polling ekonom yang menduga ada 4 juta-5 juta pengangguran baru.
Indeks Dow Jones Industrial Average tergerus 146,46 poin (-0,7%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), tetapi selang 10 menit kemudian berbalik naik sebesar 82,74 poin (+0,4%) ke 21.026,25. Indeks Nasdaq menguat 34,08 poin (+0,46%) ke 7.394,66 dan S&P 500 tumbuh 14,61 poin (+0,59%) ke 2.485,11.
"Beritanya buruk dan saya tidak tahu kenapa estimasi pasar dalam dua pekan terakhir jauh terlampaui tapi kita semua tahu seberat apa keadaannya," tutur Peter Boockvar, Chief Investment Officer Bleakley Advisory Group sebagaimana dikutip CNBC International.
Sebelumnya, Dow Jones Industrial Average futures melesat 350 poin, menyusul kenaikan harga minyak mentah dunia. Namun jelang pembukaan, Dow Futures anjlok merespon rilis data pengangguran AS yang menembus angka 4 juta.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 10% melampaui level US$ 22 per barel setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan Saudi dan Russia harus sepakat menghentikan perang harga karena pasar sedang terpukul pelemahan permintaan akibat krisis COVID-19.
Pelaku pasar memperhatikan isu harga minyak secara lekat karena longsornya harga energi utama dunia (hingga sebesar 63% sepanjang tahun ini) telah memukul industri minyak shale di negara tersebut, yang membuka lapangan kerja bagi jutaan warga AS.
Namun, data klaim asuransi pengangguran itu menunjukkan bahwa dampak COVID-19 terhadap perekonomian jauh lebih buruk dari perkiraan. Menurut data Johns Hopkins University, ada 950.000 kasus COVID-19 di seluruh dunia, dengan 216.000 di antaranya di AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?