Terus 'Dibuang' Investor, Rupiah Paling Nelangsa se-Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 April 2020 14:55
Terus 'Dibuang' Investor, Rupiah Paling Nelangsa se-Asia
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/M Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih dalam tren melemah. Depresiasi mata uang Tanah Air terjadi karena aksi jual investor.

Pada Kamis (2/4/2020) pukul 14:17 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 16.520. Rupiah melemah 0,49% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.


Dalam sebulan terakhir, rupiah melemah 15,85% di hadapan greenback. Secara year-to-date, depresiasi rupiah lebih dalam lagi yaitu 18,44%.



Pelemahan rupiah tidak lepas dari tekanan jual terhadap mata uang ini. Reuters melakukan survei dwi-mingguan untuk melihat performa mata uang utama Asia terhadap dolar AS.

Hasil survei tersebut digambarkan dalam angka -3 sampai 3. Semakin besar angkanya, maka investor semakin memasang posisi beli (long) terhadap dolar AS yang otomatis menempatkan mata uang lawannya di posisi short (jual).

Survei pada 2 April menghasilkan angka 1,55 buat rupiah. Di antara mata uang Asia lainnya, skor rupiah paling tinggi. Ini bukannya bagus, tetapi mencerminkan bahwa rupiah adalah mata uang Asia yang paling dihindari oleh pelaku pasar.

 

DDMM

CNY

KRW

SGD

IDR

TWD

INR

MYR

PHP

THB

02/4

0.67

0.95

0.80

1.55

0.38

1.25

0.85

0.39

1.01

19/3

0.57

1.22

1.18

1.57

0.18

1.22

1.14

0.56

1.23

05/3

0.13

0.67

0.50

0.73

-0.31

0.63

0.56

-0.18

0.93

20/2

0.52

0.74

1.06

-0.54

0.06

0.10

0.34

-0.30

0.75

6/2

0.34

0.61

0.67

-0.60

0.03

0.12

0.01

-0.15

0.37

23/1

-0.45

-0.22

-0.50

-0.86

-0.85

-0.05

-0.39

-0.43

-1.05

9/1

-0.55

-0.13

-0.56

-0.49

-0.63

0.40

-0.24

-0.23

-1.04

5/12

0.18

0.39

-0.30

-0.35

-0.63

0.44

0.25

-0.62

-1.19

21/11

-0.11

-0.37

-0.71

-0.41

-0.84

0.31

0.11

-0.64

-1.08

07/11

-0.18

-0.38

-0.48

-0.50

-1.03

0.10

0.04

-0.85

-1.08

Reuters

 
Ini menjadi periode kedua beruntun rupiah mencatat angka tertinggi dalam survei mata uang Reuters. Artinya, tekanan terhadap rupiah sudah terjadi sejak pertengahan bulan lalu.

Apa yang membuat investor menjauhi rupiah? Sepertinya faktor eksternal memainkan peran yang sangat dominan.

Sentimen di pasar memang sedang memburuk karena penyebaran virus corona yang semakin luas. Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis pukul 14:02 WIB, jumlah pasien corona di seluruh dunia mencapai 937.783 orang di mana 47.261 orang meninggal dunia. Virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini sudah menyebar ke lebih dari 200 negara.




Pandemi virus corona adalah sebuah bencana, krisis kesehatan dan kemanusiaan. Namun jika tidak bisa diredam, sangat mungkin menciptakan krisis ekonomi.

Sebab semakin banyak negara yang menutup diri. Mengunci perbatasan, meminta masyarakat untuk tidak keluar rumah. Ini dilakukan untuk meredam risiko penyebaran virus, karena virus corona menular dari kontak dan interaksi antar-manusia.

Bahkan sejumlah negara seperti India dan Filipina menerapkan kebijakan yang lebih ekstrem yaitu karantina wilayah (lockdown) total. Warga betul-betul dilarang keluar rumah kecuali untuk urusan mendesak, dan layanan transportasi publik dihentikan.

"(Penyebaran virus) semakin luas. Sekali lagi, saya katakan kepada betapa seriusnya masalah ini dan Anda harus mendengarkan. Instruksi saya kepada polisi dan militer, jika ada masalah dan mereka (pelanggar lockdown) melawan, tembak saja.

"Mengerti? Mati. Daripada Anda membuat masalah, lebih baik saya kubur," tegas Rodrigo Duterte, Presiden Filipina, seperti dikutip dari Reuters.


Kebijakan seperti ini bertujuan untuk mencegah penambahan jumlah kasus yang signifikan. Namun harga yang harus dibayar cukup mahal, yaitu roda ekonomi berjalan lambat bahkan mungkin berhenti sama sekali.

"Covid-19 adalah ujian terbesar bagi kita sejak pembentukan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Ini adalah kombinasi antara penyakit yang menebar ancaman dan dampak ekonomi yang menyebabkan resesi dalam skala yang tidak bisa dibandingkan dengan sebelumnya," tegas Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB, sebagaimana diwartakan Reuters.

Dibayangi oleh risiko ekonomi global yang semakin tinggi, investor memilih menarik diri dari aset-aset berisiko. Pasar keuangan negara-negara berkembang pun sepi peminat. Minimnya pasokan arus modal membuat mayoritas mata uang Asia melemah, termasuk rupiah.

 
TIM RISET CNBC INDONESIA

 


(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular