
Waduh, Wall Street Dibuka Anjlok Hingga 800 Poin

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka ambruk pada perdagangan Jumat (27/3/2020), di tengah makin berkecambahnya titik-titik penyebaran virus corona di Negara Adidaya tersebut yang dikhawatirkan menimbulkan kerugian ekonomi yang kian besar.
Indeks Dow Jones Industrial Average terbanting 812,24 poin (-3.6%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), dan menipis menjadi 719,5 poin (-3,19%) selang 10 menit kemudian ke 21.832,67. Indeks Nasdaq turun 217,97 poin (-2,8%) ke 7.579,57 dan S&P 500 tertekan 77,77 poin (-2,96%) ke 2.552,3.
Pada Kamis, Dow Jones melesat lebih dari 1.300 poin, atau sebesar 6,4%, menjadi kenaikan tiga hari beruntun yang terbesar sejak tahun 1931. Indeks S&P 500 juga reli lebih dari 6% kemarin, dan sudah terhitung naik lebih dari 20% sepanjang pekan berjalan.
Saat itu, bursa mendapat kekuatan penguatan setelah Senat AS meloloskan paket stimulus ekonomi senilai US$ 2 triliun untuk menekan efek wabah corona terhadap perekonomian. Ketua DPR Nancy Pelosi asal Partai Demokrat, mengatakan bahwa stimulus itu akan disetujui dengan "dukungan dua partai secara kuat." DPR dijadwalkan melakukan voting hari ini.
"Dorongan kenaikan semu di pasar bearish bukanlah hal yang asing," tutur Maneesh Deshpande, Kepala Perencana Investasi Saham Barclays, dalam laporan riset yang dikutip CNBC International. "Dua ketakpastian lain yang dihadapi investor (lama karantina ekonomi untuk mengendalikan penyebaran virus dan nilai akhir kerugian ekonomi) masih belum jelas."
Data Johns Hopkins University menyebutkan kasus COVID-19 di seluruh dunia telah melampaui angka 542.700 dengan angka di AS saja mencapai 85.996. Akibat wabah ini, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan lonjakan klaim tunjangan pengangguran menjadi 3,28 juta pada pekan lalu, padahal periode sebelumnya hanya 695.000 klaim.
Presiden AS Donald Trump pun menelpon Perdana Menteri China Xi Jinping, mengatakan kedua negara "bekerja sama secara dekat" untuk memerangi pandemi ini. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menjadi figur terbaru yang terkonfirmasi mengidap COVID-19.
Menurut data Refinitiv Lipper, investor sejauh ini telah masuk ke pasar uang dengan dana US$ 259,8 miliar, mengarah pada inflow selama tiga pekan berturut-turut pada Jumat. Secara bersamaan, reksa dana saham justru mengalami outflow US$ 13,7 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA(ags/ags) Next Article Setelah Nasdaq Pecah Rekor, Wall Street Melemah