Bernanke Bersabda Soal Resesi, Wall Street Dibuka Menghijau

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
25 March 2020 20:55
Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada Rabu (25/3/2020), dan berpeluang melanjutkan mega-reli sehari kemarin.
Foto: Pasar Finansial Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada Rabu (25/3/2020), dan berpeluang melanjutkan mega-reli sehari kemarin sebesar 11%. Pernyataan mantan pimpinan bank sentral AS Ben Bernanke menjadi mantra pemicunya.

Pergerakan ini di tengah sikap gamang investor sebelum pembukaan yang tercermin dari cenderung flatnya indeks Dow Futures sejam jelang pembukaan Wall Street.

Indeks Dow Jones Industrial Average melesat 351,6 poin (1,7%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB), dan 20 menit kemudian kian melaju hingga 401,99 poin (1,94%) ke 21.106,9. Indeks Nasdaq melonjak 25,58 poin (0.34%) ke 7.443,44 sedangkan S&P 500 bertambah 16,67 poin (0,68%) ke 2.464.

Saham Boeing dan Nike melesat masing-masing sebesar 20% dan 7,4%, menjadi penggerak penguatan Dow Jones. Kemarin Dow Jones melejit 11% (2.100 poin), menjadi kenaikan harian tertinggi sejak tahun 1933 atau sejak Depresi Akbar (The Great Depression).

Bernanke, tokoh kharismatis yang memimpin Federal Reserve (The Fed) dan membawa AS melewati krisis finansial 2008, mengatakan bahwa perekonomian AS akan mengalami pemulihan cepat setelah resesi yang "sangat tajam".

"Jika tidak ada terlalu banyak dampak buruk terhadap lapangan kerja, dan terhadap bisnis selama masa penghentian (shutdown) ekonomi, tak peduli sepanjang apa, maka kita bisa melihat rebound yang cukup cepat," tuturnya dalam program "Squawk Box" AS.

Menurut dia, kondisi AS sekarang lebih tepat disebut "badai salju besar" ketimbang Depresi Akbar dan memuji langkah pimpinan The Fed Jerome Powell yang sigap mencegah ledakan di perekonomian.

Jalan penguatan Wall Street kian lapang terjadi setelah Gedung Putih dan Senat AS sepakat memberikan stimulus senilai US$ 2 triliun untuk mengatasi efek corona terhadap negara dengan perekonomian terbesar di dunia tersebut.

Data Johns Hopkins University menyebutkan lebih dari 55.000 kasus corona ditemukan di AS, sementara di Italia mencapai 69.000 kasus. Spanyol bahkan melaporkan 504 kematian dalam sehari pada Selasa.

"Setidaknya kami sudah mencapai kata sepakat," tutur pimpinan kubu Republik di Senat Mitch McConnell, sebagaimana dikutip CNBC International. Sementara itu, pimpinan kubu Demokrat Chuck Schumer menilai momen itu "diperlukan" meski bukan yang layak untuk dirayakan.

Peter Oppenheimer, kepala perencana investasi saham global Goldman Sachs, menyebutkan ada empat komponen yang diperlukan untuk memulihkan psikologi pasar. Pertama, sinyal bahwa intervensi kebijakan cukup untuk mencegah kejutan kedua dan ketiga di perekonomian.

Kedua, sinyal bahwa tingkat infeksi sudah mencapai puncaknya; ketiga, sinyal bahwa laju pelemahan ekonomi bakal kian melambat; dan keempat valuasi yang murah," demikian ujarnya dalam laporan risetnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular