Pukul 9.00 WIB: Gawat! Rupiah Nyaris Rp 16.500/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 March 2020 09:00
Aksi jual di pasar keuangan dalam negeri yang terus berlanjut membuat rupiah tertekan.
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali merosot melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga nyaris menyentuh Rp 16.500/US$. Aksi jual di pasar keuangan dalam negeri yang terus berlanjut membuat rupiah tertekan.

Pada Senin (23/3/2020), US$ 1 dibanderol Rp 16.560/US$ di pasar spot. Rupiah melemah 3,54% dibandingkan dengan penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Berikut kurs dolar AS di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) pada pukul 8:55 WIB:

PeriodeKurs
1 PekanRp16.649
1 BulanRp16.879
2 BulanRp17.005
3 BulanRp17.115
6 BulanRp17.435
9 BulanRp17.630
1 TahunRp17.860
2 TahunRp18.636,2


Berikut kurs Domestic NDF (DNDF) pada pukul 8:55 WIB:

PeriodeKurs
1 BulanRp 16.610
3 BulanRp 16.890

Berikut kurs jual beli dolar AS di sejumlah bank nasional pada pukul 8:50 WIB:

BankHarga BeliHarga Jual
Bank BNI16.04916.654
Bank BRI16.26516835
Bank Mandiri15.90016.200
Bank BTN16.00016.700
Bank BCA16.59016710
CIMB Niaga16.29116.401


Tanda-tanda akan kembali terjadi aksi jual di pasar keuangan dalam negeri sudah terlihat sejak dini hari tadi. Indeks saham berjangka (futures) Wall Street langsung ambles 5% menyentuh "batas bawah" atau "limit down" dari 5 menit setelah perdagangan di bulan pukul 5:00 WIB. 


Indeks berjangka Wall Street bisa dijadikan indikator sentimen konsumen terhadap aset-aset berisiko. Ketika ambles, itu artinya sentimen sedang memburuk dan berisiko memicu aksi jual di pasar keuangan dalam negeri, baik di bursa saham maupun pasar obligasi.

Berdasarkan data dari RTI, investor asing melakukan aksi jual bersih secara year-to-date (YTD) hingga Jumat pekan lalu sebesar Rp 10,25 triliun. 

Sementara itu di pasar obligasi, berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang tahun ini hingga 18 Maret, terjadi capital outflow sebesar Rp 86,49 triliun.

Capital outflow tersebut terjadi akibat pendemi virus corona (COVID-19) yang meluas dan nyaris semua negara terpapar virus asal kota Wuhan provinsi Hubei, China tersebut.

Akibatnya banyak negara mengambil kebijakan lockdown, yang membuat aktivitas ekonomi global merosot tajam, bahkan muncul risiko resesi. Dampaknya aksi jual tak terhindarkan di pasar keuangan RI, dan terjadi capital outflow nyaris Rp 100 triliun di pasar saham dan obligasi.



TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular