Rupiah Melemah, Emiten Ponsel Mulai Naikkan Harga Jual

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
20 March 2020 10:35
Indonesia saat ini sedang menghadapi pandemi Corona yang menyebabkan tekanan hebat di pasar keuangan.
Foto: detikFoto/Grandyos Zafna
Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang cukup tajam akhir-akhir ini turut berdampak ke emiten ritel ponsel, PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA).

Mengacu data kurs Rupiah di pasar spot, pada pukul 10.10 WIB, Rupiah melemah ke posisi Rp 16.038 per dollar AS dari posisi pembukaan perdagangan Jumat (20/3/2020) Rp 15.950 per dollar AS.

Direktur Marketing dan Komunikasi Erajaya Group, Djatmiko Wardoyo, saat dihubungi CNBC Indonesia menjelaskan, pelemahan Rupiah mengharuskan perseroan menaikkan sebagian harga jual produk yang diimpor karena kurs Rupiah yang melemah.

"Pelemahan Rupiah akhir-akhir ini agak ekstrem, kita memang melakukan penyesuaian harga," terang Djatmiko, Jumat (20/3/2020).


Namun demikian, kata dia, ada berbagai variabel yang menyebabkan nilai tukar melemah, salah satunya karena Indonesia saat ini sedang menghadapi pandemi Corona yang menyebabkan tekanan hebat di pasar keuangan global.

Di sisi lain, kata dia, sektor riil juga terkena imbas, salah satunya dari sepinya kunjungan mall karena adanya himbauan dari pemerintah terkait pembatasan sosial (social distancing) untuk menghindari wabah Covid-19.

Namun, Djatmiko melanjutkan, di tengah kondisi pasar seperti ini, Erajaya belum akan memangkas proyeksi target pendapatan sepanjang tahun ini.

"Belum ada revisi target, karena kita masih mencermati perkembanganya seperti apa, dampak yang terasa Maret ini sebetulnya, belum bisa dihitung sekarang ini," ujarnya.

Sementara itu, Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang juga Ketua Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Fransisus Welirang mengatakan, tekanan Rupiah belakangan ini akan berdampak pada meningkatnya biaya bagi emiten yang mengimpor bahan baku dan menggunakan kurs dollar pun demikian bagi emiten yang memiliki utang dalam kurs.

"Emiten yang memiliki utang dolar dan bahan baku impor pasti harus menyesuaikan harga dan tentunya biayanya akan meningkat," kata Franky kepada CNBC Indonesia, Jumat (20/3/2020).


Lain halnya dengan emiten tekstil PT Pan Brothers Tbk (PBRX), menguatnya dollar AS justru berdampak positif bagi perseroan karena produksi garmen Pan Brothers diekspor ke luar negeri dan menggunakan kurs dollar.

"Kita jual dalam dollar. Jadi sejauh ini dampaknya positif untuk Pan Brothers," terang Anne, saat dikonfirmasi Jumat (20/3/2020).

Selain itu, menguatnya dollar juga berdampak positif bagi emiten berorientasi ekspor seperti Pan Brothers karena bisa memperoleh pendanaan dalam dollar AS yang lebih murah.
(hps/hps) Next Article Rupiah Perkasa, Saham Sektor Berikut Bisa Jadi Perhatian

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular