COVID-19 Masih Menyebar, Wall Street Dibuka Terkoreksi 1%

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
19 March 2020 20:58
Bursa saham Amerika Serikat (AS) langsung masuk ke jalur merah pada pembukaan perdagangan Kamis (19/3/2020),
Foto: Bursa saham Amerika Serikat (AS) (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) langsung masuk ke jalur merah pada pembukaan perdagangan Kamis (19/3/2020), menyusul makin menyebarnya wabah COVID-19 ke berbagai penjuru dunia.

Rilis angka pengangguran AS juga ikut menekan hasrat investasi para pemodal karena data pemerintah AS menunjukkan bahwa 281.000 orang mengajukan klaim untuk mendapatkan jaminan pengangguran, atau lebih buruk dari estimasi Dow Jones sebanyak 220.000 orang.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 180,8 poin (-0,92%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB), dan kian memburuk menjadi 461,5 poin (-2,3%) selang 25 menit kemudian ke 19.445,71. Indeks Nasdaq turun 35,9 poin (-0,51%) ke 6.956,36 dan S&P 500 tertekan 46,6 poin (-1,9%) ke 2.355,36.

"Pasar jelas dalam kondisi panik dan terpaksa kena aksi jual - tetapi risiko penguatan masih ada dan ini seharusnya menjadi lebih jelas setelah problem solvensi teratasi," tutur Adam Crisafulli, pendiri Vital Knowledge, dalam laporan risetnya, sebagaimana dikutip CNBC International.

Investor menyaksikan ayunan hingga 4% baik ke atas maupun ke bawah di Wall Street 8 pekan terakhir. Setelah menguat sebesar 6% pada Selasa, indeks Dow Jones anjlok 1.338,46 poin, atau 6,3% kemarin, menembus level psikologis 20.000 yang terakhir dicetak pada Februari 2017.

Volatilitas juga terjadi pada pasar obligasi pemerintah AS yang imbal hasilnya (yield) kemarin turun 22 basis poin (bps) setelah sehari sebelumnya menguat 30 bps. Yield yang turun menandakan harganya di pasar sekunder meningkat karena diburu investor.

Namun, dolar AS menguat dengan indeks dolar lompat ke level tertingginya sejak Januari 2017 pada Kamis. Terakhir berada di level 101,83 atau menguat 0,7%. Kenaikan terjadi karena investor khawatir dengan prospek ekonomi global sehingga memburu aset safe haven.

"Ada aksi buru dolar AS di sistem keuangan, secara global... Apakah di Asia, Brazil, emerging markets, Eropa atau di AS, dolar sedang dicari sekarang ini," tutur Gregory Faranello, Kepala Divisi Trading AmeriVet Securities, sebagaimana dikutip CNBC International.

Pada Rabu, European Central Bank (ECB) mengumumkan "Program Pembelian Darurat Pandemik" melibatkan dana sebesar 750 miliar euro (US$ 819 miliar) untuk membantu mendongkrak perekonomian Benua Biru. Program ini akan berlangsung hingga akhir 2020.

Langkah ECB ini mengikuti inisiatif Federal Reserve, bank sentral AS, yang awal bulan ini menyuntikkan dana US$ 1 triliun ke perekonomian AS melalui pembelian aset dan memangkas bunga acuan menjadi nol persen.

Penyebaran virus corona telah memaksa bursa saham New York pada Rabu kemarin menutup sementara lantai bursa fisiknya, dan beralih sepenuhnya menggunakan transaksi elektronik. Alasannya, dua orang terbukti positif COVID-19 pekan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular