
Lagi dan Lagi, Wall Street Dibuka Anjlok Hingga 1.200 Poin

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka terjerembab ke zona merah, sejalan dengan indikasi dari Dow Futures sore tadi yang sempat mengalami penghentian perdagangan karena menyentuh batas bawah koreksi sebesar 5%.
Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 1.276 poin (-6%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB), dan relatif tak berubah di 1.234,2 poin (5,8%) selang 15 menit kemudian ke 20.005,4. Indeks Nasdaq turun 341,4 poin (-4,7%) ke 6.991,5 dan S&P 500 tertekan 138,8 poin (-5,5%) ke 2.392,1.
"Volatilitas belum berakhir," tutur Tom Essaye, pendiri The Sevens Report, dalam laporan risetnya, mengacu pada paket stimulus yang masih menunggu persetujuan Kongres. "Kita juga perlu melihat lebih banyak kemajuan dari sisi farmasi, dan di atas segalanya kita melihat pertumbuhan tingkat penyebaran virus mencapai puncaknya beberapa pekan ini."
Imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS bertenor 10 tahun menguat ke 1,13% pada Rabu, setelah sempat berada di kisaran 0,77% menyambut paket stimulus. Kenaikan yield surat utang mengimplikasikan penurunan harga obligasi tersebut di pasar sekunder.
Pada Selasa, Gedung Putih mengumumkan paket fiskal lebih dari US$ 1 triliun yang mencakup pembayaran langsung ke warga Amerika dan bantuan keuangan untuk usaha kecil dan industri penerbangan.
Menteri Keuangan Steven Mnuchin juga mengatakan perusahaan akan dapat menunda pembayaran pajak hingga US$ 10 juta sementara individu dapat menunda pembayaran hingga US$ 1 juta ke Internal Revenue Service (IRS).
Koreksi di bursa AS mala mini terjadi bersamaan dengan kenaikan Indeks Cboe Volatility, yang banyak dianggap sebagai indikator tingkat kepanikan di bursa. Indeks tersebut pada Senin menyentuh level tertinggi sejak tahun 2008 (ketika krisis finansial melanda). Artinya, pelaku pasar sedang diliputi kecemasan.
Virus corona yang mematikan sekarang telah menyerang seluruh 50 negara bagian di AS ketika Virginia Barat melaporkan kasus infeksi pertamanya pada Selasa (17/3) dengan adanya pasien COVID-19 pertamanya.
Pemerintah Kota New York mengatakan sedang mempertimbangkan lockdown seperti yang sudah berjalan di wilayah Teluk San Francisco. Sejauh ini ada 108 kematian di AS dan lebih dari 6.300 kasus corona. Secara global, kasus corona menyentuh level psikologis 200.000 dan hampir 8.000 orang meninggal karenanya.
TIM RISET CNBC INDONESIA(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?