
Melemah Lagi Batu Bara Dibayangi Pandemi Corona & Minyak
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
13 March 2020 14:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara masih tertekan dibayangi oleh jatuhnya harga minyak. Wabah corona (COVID-19) yang sah jadi pandemi membuat dunia meresahkan ekonomi global yang berpotensi besar terseret pada perlambatan signifikan.
Kemarin, harga batu bara kontrak berjangka ICE Newcastle ditutup melemah 0,69% ke level US$ 64,6/ton dan menjadi harga terlemah sejak September 2019.
Dua hari lalu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan COVID-19 sebagai pandemi. Lonjakan jumlah kasus yang signifikan dan virus yang sudah merebak di lebih dari separuh negara di dunia menjadi alasan WHO menyematkan status ini untuk COVID-19.
Konsekuensi dari pandemi adalah kemungkinan besar adanya karantina dan larangan bepergian atau travel ban. Alhasil mobilitas orang dan barang jadi terancam. Aktivitas produksi manufaktur, perdagangan hingga pariwisata ikut tertekan. Ujung-ujungnya permintaan minyak bisa jatuh lebih dalam.
Karena batu bara juga merupakan sumber energi primer, jatuhnya harga minyak akibat potensi banjir pasokan di pasar membuat harga si batu hitam turut terpengaruh.
Menurut studi yang dipublikasikan di Internasional Journal of Energi Economics and Policy (IJEEP), supply and demand shocks pada komoditas minyak akan mempengaruhi harga komoditas batu bara secara signifikan.
Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menilai dampak COVID-19 terhadap ekonomi sangat signifikan. Hal itu tercermin dari OECD yang merevisi turun perkiraan pertumbuhan ekonomi global yang tadinya 2,9% menjadi 2,4% pada 2020.
Kala ekonomi global melambat, biasanya harga-harga komoditas juga ikut berguguran. Ada potensi ke sana memang.
Ditambah permintaan batu bara yang masih lemah terutama untuk batu bara termal dengan nilai kalori tinggi (>6.000 Kcal/Kg) dari Jepang dan Korea Selatan masih menjadi alasan mengapa tahun 2020, harga batu bara masih diramal melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article COVID-19 Bikin Ekonomi Asia Lesu, Harga Batu Bara Melorot
Kemarin, harga batu bara kontrak berjangka ICE Newcastle ditutup melemah 0,69% ke level US$ 64,6/ton dan menjadi harga terlemah sejak September 2019.
Dua hari lalu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan COVID-19 sebagai pandemi. Lonjakan jumlah kasus yang signifikan dan virus yang sudah merebak di lebih dari separuh negara di dunia menjadi alasan WHO menyematkan status ini untuk COVID-19.
Konsekuensi dari pandemi adalah kemungkinan besar adanya karantina dan larangan bepergian atau travel ban. Alhasil mobilitas orang dan barang jadi terancam. Aktivitas produksi manufaktur, perdagangan hingga pariwisata ikut tertekan. Ujung-ujungnya permintaan minyak bisa jatuh lebih dalam.
Karena batu bara juga merupakan sumber energi primer, jatuhnya harga minyak akibat potensi banjir pasokan di pasar membuat harga si batu hitam turut terpengaruh.
Menurut studi yang dipublikasikan di Internasional Journal of Energi Economics and Policy (IJEEP), supply and demand shocks pada komoditas minyak akan mempengaruhi harga komoditas batu bara secara signifikan.
Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menilai dampak COVID-19 terhadap ekonomi sangat signifikan. Hal itu tercermin dari OECD yang merevisi turun perkiraan pertumbuhan ekonomi global yang tadinya 2,9% menjadi 2,4% pada 2020.
Kala ekonomi global melambat, biasanya harga-harga komoditas juga ikut berguguran. Ada potensi ke sana memang.
Ditambah permintaan batu bara yang masih lemah terutama untuk batu bara termal dengan nilai kalori tinggi (>6.000 Kcal/Kg) dari Jepang dan Korea Selatan masih menjadi alasan mengapa tahun 2020, harga batu bara masih diramal melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article COVID-19 Bikin Ekonomi Asia Lesu, Harga Batu Bara Melorot
Most Popular