
Penderita Corona Tembus 100.000, Dow Jones DIbuka Anjlok Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Amerika Serikat (AS) dibuka anjlok pada pembukaan perdagangan Jumat (6/3/2020), memperpanjang koreksi kemarin menyusul tembusnya jumlah penderita corona di seluruh dunia melampaui angka psikologis 100.000.
Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 769 poin (-2,9%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), dan membesar menjadi 807,5 poin (2,9%) selang 30 menit kemudian ke 25.382,4. Indeks Nasdaq anjlok 253,3 poin (-2,9%) ke 8.485,5 dan S&P 500 drop 92,4 poin (-3,1%) ke 2.930,3.
Pelaku pasar sudah tak mempedulikan data positif pembukaan lapangan kerja AS sebanyak 273.000 orang per Februari, atau lebih baik dari posisi Januari sebanyak 175.000 orang. Angka pengangguran juga turun menjadi 3,5%, atau ke level terendah dalam lebih dari 50 tahun.
Koreksi ini terjadi berbarengan dengan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS ke bawah angka 0,7% yang merupakan rekor terendah sepanjang sejarah. Obligasi diburu setelah bank sentral AS (The Federal Reserve) memangkas suku bunga acuannya hingga 50 basis poin.
Investor memburu aset aman di tengah kekhawatiran wabah corona memukul rantai pasokan dunia. Harga emas juga melonjak ke level tertingginya sejak 2008.
Harga 30 saham blue chips yang menjadi konstituen Dow Jones berayun hingga 1.000 poin dalam tiga hari terakhir. Wall Street sempat menguat pada Rabu ketika mantan Wakil Presiden AS Joe Biden memperkuat kansnya menjadi kandidat presiden dari Partai Demokrat.
Namun, reli tersebut langsung terhapus sehari kemudian akibat meluasnya penyebaran virus COVID-19. Per hari ini, wabah asal Wuhan ini telah membunuh 3.383 orang di seluruh dunia. Di AS, sebanyak 12 orang meninggal dunia.
"Besaran aksi jual indeks S&P 500 sejauh ini masih terus berlangsung," tutur Binky Chadha, kepala perencana investasi saham Deutsche Bank dalam laporan risetnya, sebagaimana dikutip CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?