
Cetak Laba Rp 4 T di 2019, Ini Penjelasan Bukit Asam
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
04 March 2020 11:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten tambang batu bara yang masuk holding BUMN Tambang di bawah MIND ID (Inalum), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), mencatatkan laba bersih sepanjang tahun lalu sebesar Rp 4,06 triliun atau terkoreksi hingga 19,12% dari tahun sebelumnya Rp 5,02 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, Rabu ini (4/3/2020), laba bersih yang turun itu terjadi di tengah pendapatan perusahaan yang justru naik tipis 2,9% menjadi Rp 21,79 triliun dari tahun 2018 sebesar Rp 21,17 triliun.
Manajemen PTBA menegaskan penurunan laba bersih tersebut seiring dengan harga batu bara yang fluktuatif sehingga sangat berpengaruh pada pencapaian laba anak usaha PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum ini.
Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin mengatakan dalam rangka mendorong laba tahun 2019, PTBA melakukan upaya dengan melakukan efisiensi.
"Kita lakukan efisiensi terus menerus di semua sektor dan lini," ungkapnya dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu, (4/02/2020).
Lebih lanjut dirinya mengatakan pencapaian laba Rp 4,06 triliun tahun lalu adalah hasil dari efisiensi yang dilakukan baik dari sisi penambangan sampai dan operasional. Dia mengatakan efisiensi dilakukan di stripping ratio (perbandingan volume masa batuan yang dibongkar/lapisan tanah penutup dengan batu bara yang diambil), sehingga komposisi tanah dalam penggalian bebannya bisa ditekan.
"Semua kita lakukan efisiensi, kecuali gaji dan kesejahteraan karyawan. Apapun kita lakukan hingga mencapai laba Rp 4,1 triliun," imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, Direktur Niaga PTBA Adib Ubaidillah menerangkan harga batu bara yang fluktuatif sangat berpengaruh pada pencapaian laba perusahaan. Dia menyebut jika tidak melakukan efisiensi tahun 2019, penurunan laba bisa mencapai 28%.
"Nah kita masih bisa melakukan 2019 ini kita lakukan optimasi mengenai biaya angkut dan sebagainya. Penurunan laba kita dari Rp 5 triliun ke Rp 4,1 triliun sekitar 19% kalau kita nggak melakukan apa-apa akan turun sekali banyak optimasi yang dilakukan," tegasnya.
Adapun beban pokok penjualan juga naik menjadi Rp 14,18 triliun dari Rp 12,62 triliun. Beban keuangan juga naik menjadi Rp 128 miliar dari sebelumnya Rp 104 miliar dan bagian atas keuntungan neto entitas dan ventura bersama yang justru turun menjadi Rp 179,46 miliar dari sebelumnya Rp 352,35 miliar.
Perseroan juga mencatatkan kerugian pos-pos yang tidak akan reklasifikasi ke laba rugi yakni pengukuran kembali liabilitas imbalan pascakerja Rp 62,11 miliar dari untung Rp 778 miliar, dan adanya selisih kurs penjabaran laporan keuangan entitas anak yang rugi Rp 76 miliar dari rugi sebelumnya hanya Rp 5,43 miliar.
(tas/tas) Next Article Gegara Ini, Laba Bukit Asam Q3 Melesat 176% Jadi Rp 4,8 T
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, Rabu ini (4/3/2020), laba bersih yang turun itu terjadi di tengah pendapatan perusahaan yang justru naik tipis 2,9% menjadi Rp 21,79 triliun dari tahun 2018 sebesar Rp 21,17 triliun.
Manajemen PTBA menegaskan penurunan laba bersih tersebut seiring dengan harga batu bara yang fluktuatif sehingga sangat berpengaruh pada pencapaian laba anak usaha PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum ini.
Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin mengatakan dalam rangka mendorong laba tahun 2019, PTBA melakukan upaya dengan melakukan efisiensi.
"Kita lakukan efisiensi terus menerus di semua sektor dan lini," ungkapnya dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu, (4/02/2020).
![]() |
Lebih lanjut dirinya mengatakan pencapaian laba Rp 4,06 triliun tahun lalu adalah hasil dari efisiensi yang dilakukan baik dari sisi penambangan sampai dan operasional. Dia mengatakan efisiensi dilakukan di stripping ratio (perbandingan volume masa batuan yang dibongkar/lapisan tanah penutup dengan batu bara yang diambil), sehingga komposisi tanah dalam penggalian bebannya bisa ditekan.
"Semua kita lakukan efisiensi, kecuali gaji dan kesejahteraan karyawan. Apapun kita lakukan hingga mencapai laba Rp 4,1 triliun," imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, Direktur Niaga PTBA Adib Ubaidillah menerangkan harga batu bara yang fluktuatif sangat berpengaruh pada pencapaian laba perusahaan. Dia menyebut jika tidak melakukan efisiensi tahun 2019, penurunan laba bisa mencapai 28%.
"Nah kita masih bisa melakukan 2019 ini kita lakukan optimasi mengenai biaya angkut dan sebagainya. Penurunan laba kita dari Rp 5 triliun ke Rp 4,1 triliun sekitar 19% kalau kita nggak melakukan apa-apa akan turun sekali banyak optimasi yang dilakukan," tegasnya.
Adapun beban pokok penjualan juga naik menjadi Rp 14,18 triliun dari Rp 12,62 triliun. Beban keuangan juga naik menjadi Rp 128 miliar dari sebelumnya Rp 104 miliar dan bagian atas keuntungan neto entitas dan ventura bersama yang justru turun menjadi Rp 179,46 miliar dari sebelumnya Rp 352,35 miliar.
Perseroan juga mencatatkan kerugian pos-pos yang tidak akan reklasifikasi ke laba rugi yakni pengukuran kembali liabilitas imbalan pascakerja Rp 62,11 miliar dari untung Rp 778 miliar, dan adanya selisih kurs penjabaran laporan keuangan entitas anak yang rugi Rp 76 miliar dari rugi sebelumnya hanya Rp 5,43 miliar.
(tas/tas) Next Article Gegara Ini, Laba Bukit Asam Q3 Melesat 176% Jadi Rp 4,8 T
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular