
Terungkap! Alasan BI Kenapa Rupiah Bisa Dekati Rp 14.000/US$
Lidya Julita S, CNBC Indonesia
27 February 2020 14:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) membeberkan alasan nilai tukar rupiah melemah pada hari ini, Kamis (27/2/2020).
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di perdagangan pasar spot hari ini, melanjutkan pelemahan tujuh hari beruntun sebelumnya. Dampaknya, beberapa bank nasional mulai menjual rupiah di harga Rp14.000an per dolar AS.
Pada Kamis (27/2/2020), US$ 1 dibanderol Rp 13.985/US$ di pasar spot. Rupiah melemah 0,43% di pasar spot dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin.
"Pelemahan nilai tukar hari ini masih merupakan dampak dari pelepasan portofolio asing dari aset emerging market termasuk dari Indonesia ke aset yang dipandang aman terutama obligasi pemerintah AS. Oleh karenanya meningkatnya pembelian obligasi AS menyebabkan yield nya turun hingga 1.30%," papar Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah kepada CNBC Indonesia.
Hampir seluruh aset finansial negara emerging market tertekan dan Indonesia termasuk dalam satu basket portfolio EM.
"Kami meyakini setelah risk off global karena wabah COVID-19 ini reda, dana asing akan kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia karena yield obligasi Indonesia masih menawarkan imbal hasil yang tertinggi dalam skala negara Emerging Markets, di tengah besarnya likuiditas global saat ini karena ekspansi likuiditas di negara negara maju," tuturnya.
Untuk informasi yield SBN 10 tahun saat ini ada di kisaran 6,7-6,6%. Secara fundamental kondisi ekonomi Indonesia juga dalam posisi yang lebih resilience dibandingkan negara PEER.
"BI tetap berada di pasar spot, bond, dan DNDF untuk memastikan volatilitas kurs rupiah tetap terkelola dalam batas yang wajar," kata Nanang.
(dru) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di perdagangan pasar spot hari ini, melanjutkan pelemahan tujuh hari beruntun sebelumnya. Dampaknya, beberapa bank nasional mulai menjual rupiah di harga Rp14.000an per dolar AS.
Pada Kamis (27/2/2020), US$ 1 dibanderol Rp 13.985/US$ di pasar spot. Rupiah melemah 0,43% di pasar spot dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin.
Hampir seluruh aset finansial negara emerging market tertekan dan Indonesia termasuk dalam satu basket portfolio EM.
"Kami meyakini setelah risk off global karena wabah COVID-19 ini reda, dana asing akan kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia karena yield obligasi Indonesia masih menawarkan imbal hasil yang tertinggi dalam skala negara Emerging Markets, di tengah besarnya likuiditas global saat ini karena ekspansi likuiditas di negara negara maju," tuturnya.
Untuk informasi yield SBN 10 tahun saat ini ada di kisaran 6,7-6,6%. Secara fundamental kondisi ekonomi Indonesia juga dalam posisi yang lebih resilience dibandingkan negara PEER.
"BI tetap berada di pasar spot, bond, dan DNDF untuk memastikan volatilitas kurs rupiah tetap terkelola dalam batas yang wajar," kata Nanang.
(dru) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular