
Corona Menyebar Ketakutan, Wall Street Dibuka Anjlok 900 Poin

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) terpelanting hebat pada pembukaan perdagangan Senin (24/2/2020) menyusul kenaikan angka korban virus corona di luar China, yang memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi global.
Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 979 poin (-3,4%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), dan menipis menjadi 764,7 poin (-2,64%) selang 40 menit kemudian ke 28.231,6. Ini adalah koreksi sesi pembukaan terburuk sejak Februari 2018.
Di sisi lain, Indeks Nasdaq anjlok 284,3 poin (-2,95%) ke 9.292,7 dan S&P 500 drop 85,7 poin (-2,57%) ke di 3.252,4.
Saham maskapai penerbangan seperti Delta Airlines dan American Airlines masing-masing terkoreksi lebih dari 5% sedangkan saham United Airlines anjlok 4,8%. Demikian juga saham pengelola resor Wynn Resorts dan MGM Resort yang masing-masing anjlok 4% dan 4,3%.
Saham produsen mikroprosesor juga anjlok seperti Nvidia yang tenggelam hingga 6% sedangkan saham Intel anjlok 3,3%. Saham AMD di sisi lain tertekan sebesar 9%. Saham Apple juga ikut-ikutan longsor, sebesar 5,2%.
Sang "peramal" asal Omaha Warren Buffett mengatakan bahwa penyebaran virus corona telah memukul ekonomi AS, meski secara umum masih baik-baik saja. "Aktivitas bisnis menurun tetapi turun dari level yang sangat bagus," tuturnya dalam program "Squawk Box".
Beberapa aktivitas bisnis yang turun, lanjut dia, seperti otomotif, kereta api, alias logistik. Di sisi lain, ada yang terkena dampak negatif dari kenaikan tarif yang menekan konsumen sebagai pengguna akhir. Namun dia menilai saatnya beli saham yang sedang murah-murah ini.
Meski penyebaran corona di China mulai terkendali, temuan kasus di negara lain justru naik. Korea Selatan mendongkrak status peringatan bahaya corona ke 'level tertinggi' pekan lalu, dengan jumlah penderita baru sebanyak 750 orang, atau terbanyak kedua setelah China.
Italia menjadi negara dengan jumlah temuan kasus corona terbanyak di Eropa, yakni 130 orang dengan tiga di antaranya meninggal dunia. "Masih ada ketakpastian dalam skala besar terkait dengan virus itu, dan tak ada yang tahu bagaimana akhirnya nanti," tutur kepala perencana strategi pasar Truist/SunTrust Advisory Keith Lerner di CNBC International.
Beberapa hari lalu, beberapa ekonom memperkirakan pemulihan berbentuk V, dengan penurunan dalam tetapi juga pembalikan yang cepat. Namun demikian, investor memburu aset minim risiko (safe haven) seperti obligasi pemerintah AS dan emas.
Imbal hasil (yield) surat utang berjatuh tempo 10 tahun anjlok menjadi 1,397%, atau mendekati level terendah sepanjang sejarahnya di kisaran 1,36%. Imbal hasil bergerak berlawanan arah dengan harga. Di sisi lain, harga kontrak berjangka emas melompat 1,8% ke kisaran US$ 1.679 per troy ounce, menjadi level tertingginya sejak 2013.
TIM RISET CNBC INDONESIA(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?