
Goldman Pasang Target Emas Tembus Rp 809.000/gram, Kapan nih?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 February 2020 14:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia sekali lagi melesat naik di perdagangan Senin (24/2/2020) akibat peningkatan permintaan logam mulia ini sebagai aset aman (safe haven) setelah ekonomi global berisiko semakin melambat dipicu oleh penyebaran wabah virus Corona.
Pada pukul 14:25 WIB, emas dunia diperdagangkan di level US$ 1.668,23/troy ons, melesat 1,51% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Dengan penguatan hingga siang ini, dalam lima perdagangan terakhir emas sudah melesat 5,42%.
Berdasarkan data ArgGis, jumlah korban meninggal akibat Covid-19 sebanyak 2,469 orang dan menjangkiti 78.985 orang. Dari total tersebut, sebanyak 76.938 kasus terjadi di China yang merupakan asal virus corona, sementara di Korsel kini tercatat 763 kasus, jumlah tersebut naik 161 kasus dibandingkan Minggu kemarin.
Selain itu, korban meninggal di Korsel dilaporkan sebanyak 7 orang. Dus, Korsel kini menjadi negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak kedua setelah China. Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in mengatakan dalam beberapa hari ke depan akan menjadi momen kritis yang penting.
Tidak hanya Korea Selatan, Italia juga melaporkan lonjakan kasus Covid-19 menjadi 157 orang, dengan 3 orang dilaporkan meninggal dunia. Italia kini menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak ketiga menggeser Jepang.
Wabah Covid-19 ditakutkan akan membuat aktivitas ekonomi di China dan negara-negara yang terdampak akan melambat, dan pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global.
Hasil riset S&P memprediksi produk domestic bruto (PDB) Negeri Tiongkok akan terpangkas hingga 1,2%.
Kemudian, Reuters melakukan jajak pendapat terhadap 40 ekonom yang hasilnya pertumbuhan ekonomi China kuartal I-2019 diperkirakan sebesar 4,5%. Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 6%. Untuk pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020, proyeksinya adalah 5,5%. Juga jauh melambat dibandingkan realisasi 2019 yang sebesar 6,1%.
Ketika perekonomian melambat, bank sentral berpeluang menurunkan suku bunga sebagai stimulus agar roda perekonomian berputar lebih kencang. Bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) sudah beberapa kali memangkas suku bunga, begitu juga di beberapa negara Asia lainnya termasuk Bank Indonesia (BI).
Penurunan suku bunga tersebut, apalagi jika dilakukan bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) akan memberikan keuntungan bagi emas, dan harganya bisa terus menguat.
Logam mulia merupakan aset tanpa imbal hasil, suku bunga rendah membuat opportunity cost (biaya yang ditanggung karena memilih investasi emas dibandingkan investasi lainnya, misalnya obligasi) juga menjadi lebih rendah. Ketika bank sentral menurunkan suku bunga, maka yield obligasi juga berpotensi akan menurun.
Selain itu, jika The Fed menurunkan suku bunga, dolar AS berisiko tertekan. Harga emas dunia berdenominasi dolar AS, jika mata uang negeri Paman Sam melemah, harga emas akan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, dan permintaan berpeluang meningkat.
Harga emas diprediksi bisa menuju US$ 1.750/troy ons oleh bank investasi ternama, Goldman Sachs. Goldman bahkan memprediksi emas bisa ke US$ 1.850/troy ons, jika wabah virus corona berlangsung hingga kuartal II tahun ini.
Sebagai informasi, satu troy ounce, mengacu aturan di pasar, setara dengan 31,1 gram, sehingga besaran US$ 1.850 per troy ounce dikonversi dengan membagi angka tersebut dengan 31,1 gram, hasilnya US$ 59,49 per gram. Dengan asumsi kurs rupiah Rp 13.600/US$, maka prediksi harga emas yakni setara dengan Rp 809.064/gram.
Goldman juga mengatakan emas menjadi alokasi investasi yang strategis untuk melindungi portofolio dari risiko wabah virus corona de-dolarisasi, serta negatif yield.
Sementara itu jika dilihat secara Teknikal, pada pertengahan tahun lalu Tim Riset CNBC Indonesia memberikan proyeksi harga emas berpeluang naik ke US$ 1.800/troy ons bahkan lebih tinggi lagi setelah menembus resisten (tahanan atas) di kisaran US$ 1.433/troy ons. Sejak saat itu, Tim Riset CNBC Indonesia memberikan outlook bullish bagi emas dalam jangka panjang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Investor Masuk Aset Berisiko, Harga Emas Dunia Terkikis
Pada pukul 14:25 WIB, emas dunia diperdagangkan di level US$ 1.668,23/troy ons, melesat 1,51% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Dengan penguatan hingga siang ini, dalam lima perdagangan terakhir emas sudah melesat 5,42%.
Berdasarkan data ArgGis, jumlah korban meninggal akibat Covid-19 sebanyak 2,469 orang dan menjangkiti 78.985 orang. Dari total tersebut, sebanyak 76.938 kasus terjadi di China yang merupakan asal virus corona, sementara di Korsel kini tercatat 763 kasus, jumlah tersebut naik 161 kasus dibandingkan Minggu kemarin.
Tidak hanya Korea Selatan, Italia juga melaporkan lonjakan kasus Covid-19 menjadi 157 orang, dengan 3 orang dilaporkan meninggal dunia. Italia kini menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak ketiga menggeser Jepang.
Wabah Covid-19 ditakutkan akan membuat aktivitas ekonomi di China dan negara-negara yang terdampak akan melambat, dan pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global.
Hasil riset S&P memprediksi produk domestic bruto (PDB) Negeri Tiongkok akan terpangkas hingga 1,2%.
Kemudian, Reuters melakukan jajak pendapat terhadap 40 ekonom yang hasilnya pertumbuhan ekonomi China kuartal I-2019 diperkirakan sebesar 4,5%. Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 6%. Untuk pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020, proyeksinya adalah 5,5%. Juga jauh melambat dibandingkan realisasi 2019 yang sebesar 6,1%.
Ketika perekonomian melambat, bank sentral berpeluang menurunkan suku bunga sebagai stimulus agar roda perekonomian berputar lebih kencang. Bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) sudah beberapa kali memangkas suku bunga, begitu juga di beberapa negara Asia lainnya termasuk Bank Indonesia (BI).
Penurunan suku bunga tersebut, apalagi jika dilakukan bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) akan memberikan keuntungan bagi emas, dan harganya bisa terus menguat.
Logam mulia merupakan aset tanpa imbal hasil, suku bunga rendah membuat opportunity cost (biaya yang ditanggung karena memilih investasi emas dibandingkan investasi lainnya, misalnya obligasi) juga menjadi lebih rendah. Ketika bank sentral menurunkan suku bunga, maka yield obligasi juga berpotensi akan menurun.
Selain itu, jika The Fed menurunkan suku bunga, dolar AS berisiko tertekan. Harga emas dunia berdenominasi dolar AS, jika mata uang negeri Paman Sam melemah, harga emas akan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, dan permintaan berpeluang meningkat.
Harga emas diprediksi bisa menuju US$ 1.750/troy ons oleh bank investasi ternama, Goldman Sachs. Goldman bahkan memprediksi emas bisa ke US$ 1.850/troy ons, jika wabah virus corona berlangsung hingga kuartal II tahun ini.
Sebagai informasi, satu troy ounce, mengacu aturan di pasar, setara dengan 31,1 gram, sehingga besaran US$ 1.850 per troy ounce dikonversi dengan membagi angka tersebut dengan 31,1 gram, hasilnya US$ 59,49 per gram. Dengan asumsi kurs rupiah Rp 13.600/US$, maka prediksi harga emas yakni setara dengan Rp 809.064/gram.
Goldman juga mengatakan emas menjadi alokasi investasi yang strategis untuk melindungi portofolio dari risiko wabah virus corona de-dolarisasi, serta negatif yield.
Sementara itu jika dilihat secara Teknikal, pada pertengahan tahun lalu Tim Riset CNBC Indonesia memberikan proyeksi harga emas berpeluang naik ke US$ 1.800/troy ons bahkan lebih tinggi lagi setelah menembus resisten (tahanan atas) di kisaran US$ 1.433/troy ons. Sejak saat itu, Tim Riset CNBC Indonesia memberikan outlook bullish bagi emas dalam jangka panjang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Investor Masuk Aset Berisiko, Harga Emas Dunia Terkikis
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular