'Badai' Corona Tak Surut, Wall Street Dibuka Anjlok 250 Poin

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
21 February 2020 22:22
Bursa AS anjlok pada Jumat (21/2/2020) menyusul kenaikan angka korban virus corona, yang memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi global
Foto: REUTERS/Lucas Jackson

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) anjlok pada pembukaan perdagangan Jumat (21/2/2020) menyusul kenaikan angka korban virus corona, yang memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi global.

Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 280 poin (-0,96%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), dan menipis menjadi 260,3 poin (-0,89%) selang 40 menit kemudian ke 29.961,1. Indeks Nasdaq anjlok 136,4 poin (-1,4%) ke 9.616,7 dan S&P 500 drop 31 poin (-0,92%) ke di 3.342,7.

Saham Microsoft dan Chevron anjlok lebih dari 1,5% sehingga keduanya menjadi pemberat pergerakan Dow Jones. Di indeks S&P 50, saham sektor teknologi menjadi pemberatnya mulai dari Facebook, Amazon, Alphabet hingga Apple yang semuanya terkoreksi nyaris 1%.

Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan jumlah korban meninggal mencapai 2.236 orang dan jumlah yang terinfeksi sebanyak 75.465 orang atau naik 800 orang dalam semalam. Korea Selatan melaporkan tambahan penderita corona baru sebanyak 52 orang, hingga total penderitanya di Negeri Ginseng itu mencapai angka 150.

"Bahkan jika wabah mereda, pertumbuhan ekonomi global diprediksi bisa anjlok menjadi nol persen pada kuartal pertama, sebelum kemudian naik kembali pada tiga kuartal sisanya," tutur Peter Berezin, Kepala Perencana Investasi Global BCA Research, dalam laporan risetnya sebagaimana dikutip CNBC International.

Krisis corona telah memukul perekonomian Negeri Panda. Data Asosiasi Mobil Penumpang China menunjukkan angka penjualan mobil anjlok 92% pada dua pekan pertama Februari.

Beberapa perusahaan AS, termasuk Apple, sudah mengakui bahwa pendapatan mereka akan tertekan karena dampak wabah tersebut. IHS Markit menunjukkan aktivitas sektor jasa di AS menyentuh titik terendahnya dalam enam tahun, karena keyakinan pelaku usaha ciut.

Di tengah situasi demikian, investor lari ke Surat Utang Negara (SUN) AS dan emas. Imbal hasil SUN AS berjatuh tempo 30 tahun menyentuh titik terendah dan pecah level 2% ke bawah 1,9%. Koreksi yield mengindikasikan bahwa harga naik. Di sisi lain, harga emas menyentuh titik tertinggi dalam 7 tahun, dengan naik 1,7% menjadi US$ 1.647,4 per troy ons.

Pada perdagangan jelang akhir pekan ini, tidak banyak rilis kinerja keuangan emiten kakap di AS yang perlu diantisipasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular