Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (14/2/2020). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data perdagangan internasional pada awal pekan depan. Mengutip tim riset CNBC Indonesia, konsensus pasar yang dihimpun menghasilkan nilai median pertumbuhan ekspor di 1,37% year-on-year (YoY). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Sementara impor masih menunjukkan kontraksi (pertumbuhan negatif) sebesar 6,24% YoY. Lalu neraca perdagangan diperkirakan tekor US$ 152 juta. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jika realisasinya sesuai ekspektasi pasar, maka terjadi penurunan ketimbang Desember 2019. Kala itu, neraca perdagangan defisit US$ 28,2 juta. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Sepanjang 2019, ekspor bahan bakar mineral (yang didominasi batu bara) tercatat US$ 22,22 miliar, ini menyumbang 14,35% dari total ekspor non-migas. Kemudian ekspor lemak dan minyak hewan/nabati (sebagian besar CPO) adalah US$ 17,61 miliar atau 11,37% dari total ekspor non-migas. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jadi kalau harga dua komoditas ini turun, maka sudah pasti ekspor Indonesia akan terpukul. Ditambah lagi permintaan belum pulih, karena risiko perlambatan ekonomi terutama di China. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)