
Analisis Teknikal
Rupiah Tertekan Lagi, tapi Peluang Menguat Terbuka Lebar
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 February 2020 13:22

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (13/2/2020) setelah mencatat penguatan 2 hari beruntun.
Rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di level Rp 13.655, tetapi tidak lama langsung masuk ke zona merah. Pada pukul 13:00 WIB, rupiah berada di level Rp 13.685/US$, melemah 0,22% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Pelemahan rupiah pada hari ini terjadi akibat memburuknya sentimen pelaku pasar setelah jumlah korban virus corona melonjak signifikan.
Berdasarkan data dari satelit pemetaan ArcGis, total korban meninggal akibat virus corona atau yang dinamai Covid-19 sebanyak 1.367 orang. Dari total tersebut, sebanyak dua orang yang meninggal di luar China. Covid-19 kini telah menjangkiti lebih dari 60.000 orang di seluruh dunia.
Angka tersebut naik signifikan dibandingkan laporan kemarin dimana sebanyak 1.115 orang, dan menjangkiti sekitar 45.000 orang di seluruh dunia.
Akibatnya, pelaku pasar kembali cemas wabah Covid-19 belum mencapai puncaknya, sentimen pun memburuk dan rupiah menjadi tertekan.
Sementara jika dilihat secara teknikal, peluang rupiah untuk kembali menguat masih terbuka.
Pada Selasa (11/2/2020) rupiah mampu menguat 0,22%, sementara kemarin menguat tipis 0,04%.
Tidak hanya menguat, rupiah sekali lagi membentuk pola Black Marubozu pada hari Selasa. Saat itu Rupiah membuka perdagangan di level Rp 13.690/US$, dan mengakhiri perdagangan di Rp 13.660/US$, atau menguat 0,22%.
Level terlemah rupiah sama dengan level pembukaan, sementara level terkuat sama dengan level penutupan, sehingga secara teknikal masih mengukir pola Black Marubozu.
Black Marubozu kerap dijadikan sinyal harga suatu instrumen akan menurun lebih lanjut. Dalam hal ini, nilai tukar dolar AS melemah melawan rupiah. Terakhir kali rupiah membentuk pola Black Marubozu pada 7 Januari lalu, sejak saat itu rupiah sempat menguat 2,2% ke Rp 13.565/US$ pada 24 Januari lalu.
Setelah mencapai level tersebut, penguatan rupiah terkikis, dan kini memasuki fase konsolidasi. Sekilas melihat ke belakang, penguatan tajam rupiah juga terjadi setelah menembus batas bawah pola Descending Triangle di level Rp 13.885/US$. Target penguatan setelah menembus pola tersebut Rp 13.245/US$, dan belum tercapai.
Rupiah masih berada pada fase konsolidasi dengan Rp 13.885/US$ menjadi batas atas dan Rp 13.565/US$ menjadi batas bawah. Dengan kembali munculnya Black Marubozu, rupiah kembali membuka peluang penguatan menuju batas bawah tersebut dalam beberapa hari ke depan.
Untuk pergerakan hari hingga Jumat besok, melihat grafik 1 jam indikator stochastic bergerak naik dan mendekati wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought untuk pasangan USD/IDR, itu menjadi sinyal harga akan berbalik turun. Ini berarti rupiah berpeluang memangkas pelemahan atau bahkan menguat.
Resisten (tahanan atas) terdekat berada di Rp 13.690/US$, selama tidak menembus level tersebut rupiah berpeluang memangkas pelemahan ke Rp 13.660/US$. Jika level tersebut berhasil dilewati, Mata Uang Garuda berpotensi menguat ke Rp 13.640/US$.
Sementara jika resisten ditembus, rupiah berisiko melemah menuju Rp 13.715/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di level Rp 13.655, tetapi tidak lama langsung masuk ke zona merah. Pada pukul 13:00 WIB, rupiah berada di level Rp 13.685/US$, melemah 0,22% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Pelemahan rupiah pada hari ini terjadi akibat memburuknya sentimen pelaku pasar setelah jumlah korban virus corona melonjak signifikan.
![]() |
Angka tersebut naik signifikan dibandingkan laporan kemarin dimana sebanyak 1.115 orang, dan menjangkiti sekitar 45.000 orang di seluruh dunia.
Akibatnya, pelaku pasar kembali cemas wabah Covid-19 belum mencapai puncaknya, sentimen pun memburuk dan rupiah menjadi tertekan.
Sementara jika dilihat secara teknikal, peluang rupiah untuk kembali menguat masih terbuka.
Pada Selasa (11/2/2020) rupiah mampu menguat 0,22%, sementara kemarin menguat tipis 0,04%.
Tidak hanya menguat, rupiah sekali lagi membentuk pola Black Marubozu pada hari Selasa. Saat itu Rupiah membuka perdagangan di level Rp 13.690/US$, dan mengakhiri perdagangan di Rp 13.660/US$, atau menguat 0,22%.
Level terlemah rupiah sama dengan level pembukaan, sementara level terkuat sama dengan level penutupan, sehingga secara teknikal masih mengukir pola Black Marubozu.
![]() Sumber: Refinitiv |
Black Marubozu kerap dijadikan sinyal harga suatu instrumen akan menurun lebih lanjut. Dalam hal ini, nilai tukar dolar AS melemah melawan rupiah. Terakhir kali rupiah membentuk pola Black Marubozu pada 7 Januari lalu, sejak saat itu rupiah sempat menguat 2,2% ke Rp 13.565/US$ pada 24 Januari lalu.
Setelah mencapai level tersebut, penguatan rupiah terkikis, dan kini memasuki fase konsolidasi. Sekilas melihat ke belakang, penguatan tajam rupiah juga terjadi setelah menembus batas bawah pola Descending Triangle di level Rp 13.885/US$. Target penguatan setelah menembus pola tersebut Rp 13.245/US$, dan belum tercapai.
Rupiah masih berada pada fase konsolidasi dengan Rp 13.885/US$ menjadi batas atas dan Rp 13.565/US$ menjadi batas bawah. Dengan kembali munculnya Black Marubozu, rupiah kembali membuka peluang penguatan menuju batas bawah tersebut dalam beberapa hari ke depan.
Untuk pergerakan hari hingga Jumat besok, melihat grafik 1 jam indikator stochastic bergerak naik dan mendekati wilayah jenuh beli (overbought).
![]() Sumber: Refinitiv |
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought untuk pasangan USD/IDR, itu menjadi sinyal harga akan berbalik turun. Ini berarti rupiah berpeluang memangkas pelemahan atau bahkan menguat.
Resisten (tahanan atas) terdekat berada di Rp 13.690/US$, selama tidak menembus level tersebut rupiah berpeluang memangkas pelemahan ke Rp 13.660/US$. Jika level tersebut berhasil dilewati, Mata Uang Garuda berpotensi menguat ke Rp 13.640/US$.
Sementara jika resisten ditembus, rupiah berisiko melemah menuju Rp 13.715/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular