Persebaran Corona Melambat, Wall Street Dibuka Naik 120 Poin

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
11 February 2020 21:53
Bursa AS dibuka menguat pada Selasa (11/2/2020) karena investor yakin wabah virus corona di China tidak bakal memicu resesi dunia.
Foto: REUTERS/Stephen Yang

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada perdagangan Selasa (11/2/2020) karena investor yakin wabah virus corona di China kian terkendali persebarannya sehingga tidak bakal memicu resesi dunia.

Indeks Dow Jones Industrial Average melompat 120 poin (0,4%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), tetapi kemudian surut menjadi 95,61 poin (0,4%) selang 20 menit kemudian ke 29.375,7. Indeks Nasdaq naik 50,6 poin (0,53%) ke 9.677,9 dan S&P 500 tumbuh 14,9 poin (0,45%) ke 3.367.

Investor terus memantau berita wabah corona setelah Komisi Kesehatan China pada Senin malam mengumumkan bahwa korban jiwa telah mencapai 1.016 orang, dengan 42.638 lainnya dinyatakan positif mengidap virus tersebut.

Namun kekhawatiran seputar dampak buruk virus tersebut terhadap ekonomi China dan dunia agak terkurangi oleh data Universitas Johns Hopkins yang menunjukkan angka kasus konfirmasi virus baru menyentuh titik terendahnya sejak Januari, memicu optimisme bahwa wabah itu tidak menyebar lebih jauh.

Demikian juga data positif ketenagakerjaan dan manufaktur AS yang membantu mengurangi kekhawatiran pemodal. Akibatnya, Indeks S&P 500 dan Nasdaq menyentuh level tertinggi baru pada Senin, sedangkan Dow Jones melompat lebih dari 170 poin.

"Tatkala pasar saham mengasumsikan tak ada dampak negatif virus tersebut dan kita terus mengangkat harga saham, ke depan bakal lebih banyak pembicaraan menyoroti kinerja emiten setelah semuanya dirilis," tutur Peter Boockvar, Chief Investment Officer Bleakley Advisory Group, sebagaimana dikutip CNBC International.

Dari kabar korporasi, rencana merger antara T-Mobile dan Sprint secara legal disetujui. Akibatnya, saham Sprint melambung lebih dari 60% sedangkan saham T-Mobile naik 9,7%. Dari sisi data ekonomi, akan ada rilis pembukaan lapangan kerja versi JOLTS periode Desember.

Gubernur Federal Reserve Jerome Powell dijadwalkan bersaksi di depan Kongres AS. Dalam naskah testimoni yang sudah disiapkan itu, dia mengatakan bahwa bank sentral "memonitor ketat" situasi virus corona terkait potensi pukulannya terhadap China dan ekonomi global.

Selain itu, pemodal juga memantau pemangkasan belanja negara setelah Presiden AS Donald Trump mengalokasikan anggaran senilai US$ 4,8 triliun untuk tahun fiskal tahun depan. Draf anggaran tersebut mengundang kritik dari anggota kongres dari Partai Demokrat atas rencananya menghentikan program Medicare, Medicaid, dan jaring pengaman sosial.

Draf anggaran itu juga memangkas pinjaman kuliah untuk warga AS hingga US$ 170 miliar, sementara anggaran terkait pengayaan uranium mendapat alokasi US$ 150 juta dan NASA mendapat alokasi US$ 25,2 miliar, yang merupakan terbesar dalam satu dasawarsa terakhir.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular