Analisis Teknikal IHSG

Galau ke Arah Mana, IHSG Besok Bisa Masuk ke Zona Merah

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
11 February 2020 20:31
IHSG pada perdagangan hari Senin (11/2/2020) mengakhiri perdagangan dengan terapresiasi 2 poin atau 0,04% pada level 5.954.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari Selasa (11/2/2020) mengakhiri perdagangan dengan terapresiasi 2 poin atau 0,04% pada level 5.954.

Sepanjang perdagangan IHSG bergerak di ruang sempit tidak lebih dari 34 poin, di rentang 5.945 hingga 5.979. Bursa lebih sepi dengan hanya menciptakan Rp 4.8 triliun transaksi, jauh lebih rendah dari rata-rata nilai harian pada pekan sebelumnya yang mencapai Rp 6,8 triliun.

Secara teknikal, IHSG cenderung berfluktuatif dan tertekan secara jangka pendek karena masih bergerak di bawah rata-rata nilainya dalam lima hari terakhir (moving average/MA5) meski tipis.

Potensi pelemahan sepertinya masih terbuka karena level jenuh jualnya (oversold) berpotensi kembali tersentuh yang tercermin melalui indikator teknikal Relative Strength Index (RSI).

Galau Mau Kemana, IHSG Bisa-Bisa Tersesat ke Zona Merah LagiSumber: Refinitiv (Reuters)

IHSG mengawali perdagangan secara meyakinkan dengan penguatan 0,12%, penguatannya kemudian bertambah dengan mencatatkan level tertingginya 15 menit kemudian di level 5.979. Pasar terlihat optimis mengekor bursa saham utama dunia bergerak pada zona hijau.

Akan tetapi, bursa sebenarnya masih dibayangi kekhawatiran akan hilangnya momentum pertumbuhan ekonomi global akibat wabah virus corona, sehingga penguatan IHSG berangsur-angsur terkikis setelah melewati level tertingginya tersebut.

Bursa semakin tertekan setelah Bank Indonesia (BI) pada pukul 10:00 WIB mengeluarkan data penjualan ritel/eceran (retail sales) bulan Desember yang mengalami penurunan 0,5%. Padahal pada bulan sebelumnya penjualan ritel mampu tumbuh 1,3%.

BI juga meramal penjualan eceran pada Januari 2020 mengalami penurunan sejalan dengan pola musiman awal tahun. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Januari 2020 yang diprakirakan -3,1% year-on-year (YoY). Lesunya penjualan ritel membuat harga sulit naik 6 bulan mendatang.

"Tekanan kenaikan harga di tingkat pedagang eceran dalam enam bulan mendatang (Juni 2020) diprakirakan menurun. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) 6 bulan yang akan datang sebesar 166,0, lebih rendah dari 177,8 pada bulan sebelumnya. Menurunnya harga pada bulan Juni diprakirakan karena kembali normalnya harga pasca Ramadan dan HBKN Idul Fitri," lanjut keterangan BI.

Hal ini membuat saham-saham sektor konsumer kembali mendapat tekanan karena dilego pelaku pasar karena pesimis pendapatan dan labanya mampu tumbuh dengan baik. Per akhir sesi satu, penguatan IHSG telah terkikis hingga hanya tersisa 0,06% ke level 5.955. Pada perdagangan sesi II, IHSG masih tertekan dan beberapa kali bergerak di zona merah.

Beruntung investor asing menambah pembelian sahamnya sehingga IHSG mampu bangkit dari zona merah dengan ditutup menguat 0,04%. Asing tercatat membukukan beli bersih (net buy) senilai Rp 228,69 miliar di pasar reguler dan mencatatkan net sell sebesar Rp 2,49 miliar di pasar negosiasi.

Saham-saham yang banyak diburu asing di pasar reguler yakni: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 203,55 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia/TLKM (Rp 63,87 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 62,42 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 56,05 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(yam/yam) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular