Corona Makin Gawat, Kok Rupiah Bisa Menguat?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 February 2020 08:26
Corona Makin Gawat, Kok Rupiah Bisa Menguat?
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Thomas White)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah dan mata uang Asia lainnya berhasil menguat meski penyebaran virus Corona terlihat kian mengkhawatirkan.

Pada Selasa (11/2/2020), US$ 1 dihargai Rp 13.690 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dengan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya alias stagnan.

Namun rupiah tidak betah lama-lama di zona netral. Pada pukul 08:23 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 13.685 di mana rupiah menguat tipis 0,04%.


Sepanjang pekan lalu, rupiah melemah 0,15%. Pelemahan rupiah berlanjut awal pekan ini, kemarin mata uang Tanah Air juga terdepresiasi 0,15%.

Sejak awal Februari, rupiah sudah melemah 0,3%. Ini membuat rupiah menarik untuk dikoleksi karena harganya sudah 'murah'.

Selain itu, fundamental rupiah juga menunjukkan perbaikan. Kemarin, Bank Indonesia (BI) merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) terbaru yang hasilnya cukup oke.

Pada kuartal IV-2019, NPI membukukan surplus sebesar US$ 4,28 miliar. Jauh membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yang defisit US$ 46 juta.

Ini membuat NPI untuk keseluruhan 2019 menjadi surplus US$ 4,68 miliar. Juga jauh membaik ketimbang 2018 yang negatif US$ 7,13 miliar.




Secara fundamental, pergerakan kurs akan ditentukan oleh pasokan dan permintaan (supply-demand). Ketika permintaan terhadap suatu mata uang meningkat, maka nilai tukarnya menguat.

Supply-demand ini digambarkan oleh neraca pembayaran alias balance of payment. Neraca ini memberi rincian tentang arus devisa yang keluar-masuk di suatu negara. Kala neraca pembayaran surplus, berarti devisa yang masuk lebih banyak ketimbang yang keluar. Ini menunjukkan permintaan terhadap mata uang domestik meningkat.

Tidak hanya dari dalam negeri, faktor eksternal juga menopang penguatan rupiah. Memang benar investor cemas terhadap penyebaran virus Corona yang semakin masif. Namun langkah pemerintah dan Bank Sentral China (PBoC) diharapkan dapat meredam dampak penyebaran virus ini terhadap perekonomian Negeri Tirai Bambu.

Virus Corona memang semakin mengerikan. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pukul 07:23 WIB, kasus virus Corona di seluruh dunia mencapai 42.767. Korban jiwa bertambah menjadi 1.013 orang.


Tidak bisa dipungkiri bahwa penyebaran virus ini akan membuat perekonomian China berjalan tertatih-tatih. Sebab kekhawatiran akan penularan membuat aktivitas masyarakat menjadi terhambat, lebih baik diam di rumah daripada tertular virus mematikan.

Akan tetapi pemerintah China menegaskan akan membantu industri vital untuk tetap beroperasi. PBoC juga memberikan stimulus dengan suntikan likuiditas CNY 1,2 triliun (Rp 2.355,02 triliun dengan kurs saat ini) melalui operasi reverse repo.

"Uang yang disuntikkan oleh China ke perekonomian mereka akan menemukan jalan untuk menyebar ke seluruh dunia. Uang-uang ini nantinya akan menciptakan mentalitas 'beli semua'," ujar Paul Nolte, Portfolio Manager Kingsview Asset Management yang berbasis di Chicago, seperti diberitakan Reuters.

Sepertinya mentalitas yang dimaksud Nolte mulai terbentuk. Terangsang oleh stimulus China yang bakal merembes ke pasar global, investor mulai ambil posisi agresif dengan memburu aset-aset berisiko di negara berkembang. Hasilnya rupiah dkk pun menguat.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:25 WIB:





TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular