
Di Bawah Tekanan, Masih Ada Harapan IHSG Bangkit!

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan awal pekan pada Senin kemarin (10/2/2020) dengan terkoreksi 47 poin atau turun 0,79% pada level 5.952.
Memasuki perdagangan hari Selasa (11/2/2020), Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan IHSG akan bergerak fluktuatif dengan potensi menguat pada rentang level 5.925 hingga 6.075.
Secara teknikal, IHSG memang kembali bergerak di bawah rata-rata nilainya dalam 5 hari terakhir (moving average/MA5). Akan tetapi, IHSG masih mampu bergerak di level netral dengan level jenuh belinya (overbought) yang masih cukup jauh menurut indikator teknikal indikator Relative Strength Index (RSI).
![]() |
Dari bursa Amerika Serikat (AS), tiga indeks saham pada Senin malam (10/2) atau Selasa pagi waktu Indonesia, rata-rata ditutup menguat. Dow Jones (DJIA) terapresiasi 0,6% ke level 29.276, S&P 500 memecahkan rekor tertinggi dengan menguat 0,73% ke level 3.352 dan Nasdaq juga catatkan rekor dengan meroket 1,13% ke level 9.628.
Indeks S&P dan Nasdaq mencatatkan rekor tertinggi karena didorong saham Amazon yang naik 2,6% menembus ke rekor tertinggi di atas $ 2.100 per saham untuk pertama kalinya. Sedangkan Netflix dan Alphabet ditutup menguat lebih dari 1%.
Meski masih dibayangi virus corona jenis baru (nCov), akan tetapi data ketenagakerjaan AS sektor non pertanian (non farm payrolls) menunjukkan ada 225 ribu pekerjaan tercipta pada bulan Januari, jauh lebih tinggi dari 147 ribu pekerjaan pada bulan Desember 2019.
Akan tetapi pasar sebenarnya masih diselimuti bayang-bayang perlambatan ekonomi global yang diakibatkan wabah virus corona. CNBC International mengutip media China menyebutkan bahwa angka kematian akibat virus Corona di China telah mencapai 1.011 orang, dan 42.300 orang lainnya terinfeksi.
Meski jumlah korban telah mencapai angka 1.000, jangan lupakan fakta bahwa jumlah mereka yang berhasil sembuh juga meningkat pesat, yakni 4.043 orang. Angka ini naik 1.000 hanya dalam sehari jika dibandingkan dengan posisi kemarin.
Selain itu, beberapa perusahaan kembali beroperasi termasuk Foxconn yang merupakan pemasok Apple dan pabrik Tesla yang berada di Shanghai juga akan kembali beroperasi.
Dari dalam negeri, Senin (10/2) kemarin Bank Indonesia (BI) mengumumkan NPI surplus sebesar US$ 4,28 miliar. Jauh membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yang defisit US$ 46 juta. Ini membuat NPI untuk keseluruhan 2019 menjadi surplus US$ 4,68 miliar. Juga jauh membaik ketimbang 2018 yang negatif US$ 7,13 miliar.
Akan tetapi, defisit masih terjadi pada pos neraca transaksi berjalan [CAD/Current Account Deficit]. Pada 2019, CAD sebesar US$ 30,4 miliar atau 2,72% dari PDB, membaik jika dibandingkan defisit pada tahun 2018 yang sebesar 2,94% dari PDB di 2018.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/tas) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!