
Awal Pekan Kelabu bagi IHSG, Mampukah Kembali Bangkit?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan awal pekan pada Senin (10/2/2020) dengan terkoreksi 47 poin atau turun 0,79% pada level 5.952.
Secara teknikal, IHSG cenderung tertekan karena posisinya kembali bergerak di bawah rata-rata nilainya dalam lima hari terakhir (moving avergae/MA5). Potensi penguatan tetap ada, karena level jenuh belinya (overbought) masih cukup jauh mengacu pada indikator teknikal indikator Relative Strength Index (RSI).
![]() |
IHSG mengawali perdagangan dengan pelemahan 0,1%, dan bertambah besar dengan sangat cepat karena pasar saham global masih dibayangi pelemahan oleh wabah virus corona. Selain itu, pasar juga menantikan data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal IV-2019.
Pada pukul 10:00 WIB, Bank Indonesia (BI) mengumumkan NPI surplus sebesar US$ 4,28 miliar. Jauh membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yang defisit US$ 46 juta. Ini membuat NPI untuk keseluruhan 2019 menjadi surplus US$ 4,68 miliar. Juga jauh membaik ketimbang 2018 yang negatif US$ 7,13 miliar.
Akan tetapi, terjadi defisit pada pos neraca transaksi berjalan [CAD/Current Account Deficit], CAD pada 2019 sebesar US$ 30,4 miliar atau 2,72% dari PDB. Defisit tersebut membaik dibandingkan dengan defisit pada tahun sebelumnya sebesar 2,94% dari PDB di 2018.
Pasar saham cenderung kurang bereaksi terhadap data tersebut karena masih pada batas kewajaran. Per akhir sesi satu, koreksi IHSG sebesar 0,7% ke level 5.957.
Pada sesi II, IHSG belum juga keluar dari tekanan hingga ditutup dengan pelemahan 0,79% karena dibayangi virus corona. China mengkonfirmasi korban meninggal dunia akibat wabah virus corona mencapai 910 orang sementara 40 ribu orang lainnya dinyatakan positif terjangkit corona.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!