
Singapura Waspada Rush Money, Apa Dampaknya ke Bank RI?

Jakarta, CNBC Indonesia - Monetary Authority of Singapore (MAS) meminta lembaga keuangan di Negeri Merlion untuk bersiap mengelola setiap peningkatan permintaan pada layanan keuangan tertentu, seperti penarikan tunai atau layanan keuangan online merespons dampak dari penyebaran virus korona.
Perkembangan terbaru hingga Jumat (8/2/2020), Pemerintah Singapura juga resmi menaikkan level waspada virus korona menjadi oranye, satu tingkat di bawah level merah.
Bahkan pada perdagangan Senin ini, indeks Straits Times di Bursa Singapura minus 0,58% di level 3.163.
Lalu, bagaimana dampak dari potensi 'rush money' ini ke perbankan maupun pasar saham domestik?
Menurut Head of Research Division PT BNI Sekuritas, Damhuri Nasution, dampak dari potensi rush money di Singapura ke perbankan Indonesia masih relatif terbatas.
Meski demikian, pada penutupan perdagangan hari ini, Senin (10/2/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 47,52 poin atau 0,79% le level 5.952,08 poin.
Saham-saham perbankan BUKU 4 juga ditutup bervariasi. Misalnya, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) justru menguat 0,37% ke level Rp 33.925 per saham. Sedangkan, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) terkoreksi masing-masing sebesar 0,34% dan 1,10%.
"Untuk pasar modal sangat tergantung pada perkembangan virus ini. Kalau semakin tidak terkendali, maka investor asing akan melakukan [investasi di instrumen] safe haven, sehingga dapat berdampak negatif ke pasar modal kita," ungkap Damhuri kepada CNBC Indonesia, Senin (10/2/2020).
Namun, kata dia, bila penanganan virus korona terkendali, maka pasar modal akan cepat pulih.
"Berita bagusnya jumlah penderita baru setiap harinya sudah mulai flat bahkan mulai agak menurun. Ini berarti jika upaya penanggulangan semakin ditingkatkan, maka peluang virus ini terkendali semakin besar," imbuhnya.
CNBC International melaporkan, sejauh ini Singapura telah melaporkan 40 kasus yang dikonfirmasi virus corona, dan menaikkan penilaian risiko nya ke tingkat siaga tertinggi kedua pada Jumat (7/2/2020). Negara berpenduduk 5,6 juta orang itu memiliki banyak kasus terkonfirmasi setelah wilayah China.
MAS yang merupakan bank sentral dan otoritas moneter dan keuangan Singapura juga mengingatkan perusahaan keuangan agar berhati-hati terhadap ancaman keamanan siber.
"Ada beberapa kasus pelaku ancaman dunia maya untuk mengambil keuntungan dari situasi Novel Coronavirus (2019-nCoV), untuk melakukan penipuan email, serangan phishing dan ransomware," kata MAS dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir dari CNBC International, Minggu (9/2/2020).
Terpisah, Bank Indonesia (BI) juga memberikan respons terkait dengan merebaknya virus corona dan berimbas pada pasar keuangan Tanah Air. Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo, mengatakan sejak pasar keuangan dibuka Senin pekan lalu di China, semua indikator yang ada menekan pasar global dan Indonesia di tengah wabah virus corona.
"Paling tidak sejak Senin lalu, saat pasar keuangan China dibuka, ini menekan semua indikator pasar global dan Indonesia. Rupiah juga tertekan tapi sampai dengan Kamis -Jumat rupiah membaik," kata Dody, Kamis (7/2/2020).
(tas/tas) Next Article Singapura Waspada Rush Money,Analis Harap Tidak Terjadi di RI
