
Terlemah Sejak 2013, Dolar Australia ke bawah Rp 9.100
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 February 2020 12:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia melemah di awal perdagangan Senin (10/2/2020) hingga ke bawah Rp 9.100/AU$.
Di awal perdagangan, dolar Australia melemah 0,24% ke Rp 9.098,75/AU$, yang merupakan level terlemah sejak 5 Agustus 2013. Setelah mencapai level tersebut, Mata Uang Kanguru berbalik menguat 0,67% ke Rp 9.181,59/AU$ pada pukul 9:30 WIB di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Penurunan tajam dolar Australia belakangan ini tentunya memicu koreksi teknikal yang membuat harganya berbalik menguat, apalagi sudah menyentuh ke bawah Rp 9.100/AU$ untuk pertama kalinya dalam tujuh setengah tahun terakhir.
Penyebaran virus corona masih menjadi isu utama pasar finansial hingga hari ini. Belum ada tanda-tanda wabah yang berasal dari kota Wuhan China tersebut akan mereda.
Berdasarkan data dari ArcGis, total korban meninggal akibat virus corona kini menjadi 910 orang, dan telah menjangkiti lebih dari 40.000 orang di berbagi negara. Di Australia sudah ada 15 pasien yang positif terjangkit virus corona.
Wabah virus corona diperediksi akan memangkas pertumbuhan ekonomi Australia di kuartal I-2020. Sebabnya, China merupakan mitra dagang utama Australia. Sepertiga dari total ekspor Australia tertuju ke China. Sebaliknya wisatawan dari China yang berkunjung ke Australia, juga pelajar China berkontribusi sebesar 0,9% dari total produk domestic bruto (PDB) Negeri Kanguru.
Hasil riset dari S&P menunjukkan virus corona akan memangkas pertumbuhan ekonomi China sebesar 1,2%. Sementara itu pejabat bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) memprediksi pertumbuhan ekonomi Negeri Kanguru akan terpangkas 0,2%.
Perdana Menteri Australia, Scott Morison pada Kamis (6/2/2020) juga mengatakan ekonomi Australia akan terpukul secara signifikan.
Sebelum tahun ini, pertumbuhan ekonomi Australia sudah melambat, bahkan RBA sampai memangkas suku bunga sebanyak tiga kali hingga menjadi 0,75% pada tahun lalu untuk merangsang perekonomian. Dengan adanya wabah virus corona, perekonomian Australia akan semakin tertekan, dan suku bunga berpeluang akan dipangkas lagi.
Hal tersebut membuat dolar Australia terus tertekan, sejak awal tahun hingga Jumat pekan lalu, sudah anjlok 6,59% melawan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
Di awal perdagangan, dolar Australia melemah 0,24% ke Rp 9.098,75/AU$, yang merupakan level terlemah sejak 5 Agustus 2013. Setelah mencapai level tersebut, Mata Uang Kanguru berbalik menguat 0,67% ke Rp 9.181,59/AU$ pada pukul 9:30 WIB di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Penurunan tajam dolar Australia belakangan ini tentunya memicu koreksi teknikal yang membuat harganya berbalik menguat, apalagi sudah menyentuh ke bawah Rp 9.100/AU$ untuk pertama kalinya dalam tujuh setengah tahun terakhir.
Berdasarkan data dari ArcGis, total korban meninggal akibat virus corona kini menjadi 910 orang, dan telah menjangkiti lebih dari 40.000 orang di berbagi negara. Di Australia sudah ada 15 pasien yang positif terjangkit virus corona.
Wabah virus corona diperediksi akan memangkas pertumbuhan ekonomi Australia di kuartal I-2020. Sebabnya, China merupakan mitra dagang utama Australia. Sepertiga dari total ekspor Australia tertuju ke China. Sebaliknya wisatawan dari China yang berkunjung ke Australia, juga pelajar China berkontribusi sebesar 0,9% dari total produk domestic bruto (PDB) Negeri Kanguru.
Hasil riset dari S&P menunjukkan virus corona akan memangkas pertumbuhan ekonomi China sebesar 1,2%. Sementara itu pejabat bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) memprediksi pertumbuhan ekonomi Negeri Kanguru akan terpangkas 0,2%.
Perdana Menteri Australia, Scott Morison pada Kamis (6/2/2020) juga mengatakan ekonomi Australia akan terpukul secara signifikan.
Sebelum tahun ini, pertumbuhan ekonomi Australia sudah melambat, bahkan RBA sampai memangkas suku bunga sebanyak tiga kali hingga menjadi 0,75% pada tahun lalu untuk merangsang perekonomian. Dengan adanya wabah virus corona, perekonomian Australia akan semakin tertekan, dan suku bunga berpeluang akan dipangkas lagi.
Hal tersebut membuat dolar Australia terus tertekan, sejak awal tahun hingga Jumat pekan lalu, sudah anjlok 6,59% melawan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular