
IHSG Susah Tembus Level 6.000, Awal Pekan Bakal Bergejolak

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pada perdagangan hari ini diprediksi cenderung fluktuatif. Pekan lalu, IHSG berhasil menguat empat hari perdagangan berturut, dimana di akhir pekan, Jumat (7/2/2020) ditutup naik 12 poin atau 0,21% ke level 5.999.
Secara akumulatif pekan lalu IHSG tercatat menguat 1%. Memasuki perdagangan awal pekan hari Senin (10/2/2020) atau pada hari ini, Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan IHSG akan bergerak fluktuatif cenderung melemah dengan rentang pergerakannya pada level 5.925 hingga 6.025.
Secara teknikal, IHSG terlihat cenderung menguat dalam jangka pendek karena bergerak di atas rata-rata nilainya dalam lima hari terakhir (moving average/MA5).
Akan tetapi, IHSG berpotensi tertekan lagi karena belum mampu menembus level psikologis 6.000 secara mulus. Secara harian (intraday) IHSG beberapa kali menembus level tersebut, akan tetapi selalu kandas ketika sesi perdagangan berakhir.
![]() |
Dari bursa Amerika Serikat (AS), tiga indeks saham utama rata-rata ditutup melemah Jumat (7/2) lalu karena dibayang-bayangi perkembangan wabah virus corona. Dow Jones (DJIA) terdepresiasi 0,94% ke level 29.102, S&P 500 turun 0,54% ke level 3.327 dan Nasdaq juga turun 0,54% ke level 9.520.
Virus yang ditengarai dari kota Wuhan tersebut masih menjadi topik utama pembahasan di kalangan para pelaku pasar. Jumalah korban tewas Hingga Minggu sore (9/2/2020) sudah mencapai 813 orang di dunia. Dari jumlah tersebut, jumlah kematian di China sebanyak 811 orang, ditambah 1 orang di Hong Kong dan 1 di Filipina.
Jumlah tersebut kematian tersebut lebih banyak jika dibandingkan dengan wabah sindrom pernapasan akut berat (Severe Acute Respiratory Syndrome/SARS) atau pada 2002/2003 yang memakan korban hingga 774 orang.
Sentimen lainnya yang perlu dicermati investor Senin (10/2) ini ialah data neraca transaksi berjalan (current account) kuartal IV-2019 dan penjualan ritel (retail sales) untuk bulan Desember 2019. Bank Indonesia (BI) rencananya akan mengumumkan kedua data tersebut pukul 10:00 WIB.
Tradingeconomics memperkirakan neraca Indonesia akan memburuk dengan defisit menjadi US$9 miliar, lebih parah jika dibandingkan dari periode sebelumnya yang mengalami defisit US$ 7.7 miliar.
Sedangkan penjualan ritel Januari 2020 diramal akan mengalami penurunan 0,5%, lebih rendah dari angka penjualan bulan Desember yang mengalami pertumbuhan 1,3%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!