Berkat China, Rupiah Tak Terbendung Rebut Status Juara Dunia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 February 2020 17:04
Berkat China, Rupiah Tak Terbendung Rebut Status Juara Dunia
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (6/2/2020) dan kembali menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia.

Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung menguat 0,22% ke Rp 13.640/US$. Meski sempat memangkas penguatan hingga stagnan, tetapi apresiasi rupiah semakin terakselerasi hingga 0,59% ke level Rp 13.590/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Sedikit disayangkan rupiah gagal mempertahankan posisi tersebut dan menutup perdagangan di level Rp 13.615/US$ menguat 0,4%. 

Berkat penguatan hari ini, sepanjang 2020 rupiah kini menguat 1,91%. Untuk sementara merebut kembali status juara dunia alias mata uang dengan kinerja terbaik di dunia dari pound Mesir.

Hingga pukul 16:20 WIB, pound Mesir 0,06%, sehingga total penguatan sejak awal tahun sebesar 1,75%. Tetapi perdagangan dolar AS vs pound Mesir masih belum berakhir, sehingga posisi tersebut bisa saja kembali berubah.



Penguatan rupiah hari ini juga terjadi saat mayoritas mata uang utama Asia melemah. Dengan penguatan 0,4%, rupiah juga menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia, unggul dari won Korea Selatan yang menguat 0,1%. Ringgit Malaysia dan yuan China menguat tipis kurang dari 0,1%, sementara mata uang lainnya melemah.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Benua Kuning.




[Gambas:Video CNBC]



Gagalnya pemakzulan Presiden AS, Donald Trump, memberikan sentimen positif ke pasar finansial. Faktor ketidakpastian menjadi hilang setelah Senat AS menyatakan Trump tidak bersalah atas dakwaan penyalahgunaan kekuasaan dan menghalangi Kongres melakukan penyelidikan terhadap dirinya.

Gagalnya proses pemakzulan Trump sebarnya sudah diprediksi jauh-jauh hari, mengingat Senat AS dikuasai oleh Partai Republik, yang merupakan partai pendukung Presiden Trump.

Dengan tetapnya Trump menjadi orang nomor 1 di negara Adikuasa, pasar dibuat lega, seandainya Presiden AS ke-45 ini dimakzulkan tentunya akan menimbulkan ketidakpastian yang besar di pasar, apalagi AS akan mengadakan Pemilu di tahun ini. Pasar paling tidak suka akan ketidakpastian.

Selain gagalnya pemakzulan Presiden Trump, China menjadi penyebab utama rupiah begitu perkasa pada hari ini. Meski sedang dilanda virus corona, tetapi serangkaian kebijakan dari Negeri Tiongkok membuat sentimen pelaku pasar membaik dan kembali masuk ke aset-aset berisiko dengan imbal hasil tinggi.

Salah satu penyebab membaiknya selera terhadap risiko (risk appetite) pelaku pasar adalah gelontoran stimulus moneter di China guna meredam dampak negatif virus corona di pasar finansial.

CNBC International melaporkan, Senin lalu PBoC menurunkan suku bunga reverse repo tenor 7 hari menjadi 2,4%, sementara tenor 14 hari diturunkan menjadi 2,55% guna meredam gejolak finansial yang terjadi akibat virus corona. Selain itu dalam 2 hari terakhir PBoC menyuntikkan likuiditas senilai 1,7 triliun yuan (US$ 242,74 miliar) melalui operasi pasar terbuka.



Berkat stimulus tersebut, bursa saham global menghijau sejak hari Selasa, dampaknya sejak hari itu rupiah juga kembali menguat. Dalam dua hari terakhir, tercatat rupiah menguat sebesar 0,51%.

Setelah stimulus dari PBoC, kini giliran Pemerintah Beijing membuat pelaku pasar gembira. CNBC International mewartakan China akan memangkas bea masuk importasi berbagai produk dari AS senilai US$ 75 miliar.

Belum jelas produk apa saja yang masuk dalam daftar tersebut, yang pasti bea masuk yang sebelumnya 10% akan dipangkas menjadi 5%, dan yang sebelumnya 5% menjadi 2,5%.

Dalam rilis Kementerian Keuangan China yang dikutip CNBC International, pemangkasan bea masuk tersebut dilakukan untuk perkembangan perdagangan yang lebih sehat antara China dengan AS. Pemangkasan tersebut mulai berlaku pada 14 Februari nanti.

Berita dari China tersebut tentunya menjadi kabar bagus setelah kedua negara resmi meneken kesepakatan dagang fase I pada 15 Januari lalu.

Diharapkan dengan pemangkasan bea impor tersebut perundingan dagang fase II akan berjalan lancar, dan bea masuk yang diterapkan kedua negara semakin dipangkas sehingga arus perdagangan global menjadi lancar. Perekonomian dunia diharapkan bisa bangkit, dan sentimen pelaku pasar semakin membaik. Saat sentimen membaik, penguatan rupiah sulit dibendung.


TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular