
Dampak Sentimen Corona Mulai Raib, Yield SUN Sentuh Rekor!

Yield surat utang negara (SUN) seri 10 tahun turun hingga 6,6%, posisi di mana pasar keuangan belum diterpa sentimen negatif dari perang dagang yang disulut Amerika Serikat di seluruh penjuru dunia dan virus corona Wuhan.
Ancaman virus memudar sejak kemarin yang ditopang isu positif terhadap ekspektasi ekonomi Negeri Paman Sam yang berbalik menjadi menjanjikan dan memudarkan prediksi akan adanya resesi dalam waktu dekat.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Data Refinitiv menunjukkan kenaikan harga SUN itu tidak senada dengan koreksi harga yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 5 Feb'20 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 4 Feb'20 (%) | Yield 5 Feb'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 5 Feb'21 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 6.034 | 6.001 | -3.30 | 5.9733 |
FR0082 | 10 tahun | 6.667 | 6.608 | -5.90 | 6.6044 |
FR0080 | 15 tahun | 7.202 | 7.177 | -2.50 | 7.1526 |
FR0083 | 20 tahun | 7.361 | 7.333 | -2.80 | 7.313 |
Sumber: Refinitiv
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah. Indeks tersebut turun 0,12 poin (0,04%) menjadi 276,53 dari posisi kemarin 276,65.
Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa turun hingga kembali ke bawah level psikologis 500 bps. Tepatnya, spreadnya menyempit hingga mencapai 496 bps dari posisi kemarin 506 bps.
Sebagai acuan pasar obligasi dunia, yield US Treasury 10 tahun naik 4,6 bps hingga 1,64% dari posisi kemarin 1,6%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada yield pasangan seri 3 bulan-5 tahun, di mana inversi pada pasangan tenor 3 bulan-10 tahun kembali menghilang.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 5 Feb'20 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 4 Feb'20 (%) | Yield 5 Feb'20 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 1.574 | 1.577 | 3 bulan-5 tahun | 12.5 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.415 | 1.433 | 2 tahun-5 tahun | -1.9 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.402 | 1.424 | 3 tahun-5 tahun | -2.8 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.422 | 1.452 | 3 bulan-10 tahun | -5.5 |
UST 2028 | 10 Tahun | 1.601 | 1.632 | 2 tahun-10 tahun | -19.9 |
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.063,58 triliun SBN, atau 38,17% dari total beredar Rp 2.786 triliun berdasarkan data per 4 Februari.
Angka itu menunjukkan kepemilikan investor asing masih keluar dari pasar SUN senilai Rp 13,48 triliun sejak akhir pekan lalu yang juga berarti dari posisi akhir Januari.
Sejak awal tahun ini, posisi investor asing tinggal Rp 1,72 triliun dibanding posisi akhir Desember 2019 Rp 1.061,86 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 38,57% pada periode yang sama.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, koreksi harga terjadi secara luas sehingga yield mayoritas obligasi negara naik. Hal tersebut mencerminkan investor global sedang menghindari obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen positif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 4 Feb'20 (%) | Yield 5 Feb'20 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil (BB-) | 6.585 | 6.59 | 0.50 |
China (A+) | 2.89 | 2.913 | 2.30 |
Jerman (AAA) | -0.405 | -0.36 | 4.50 |
Prancis (AA) | -0.142 | -0.098 | 4.40 |
Inggris Raya (AA) | 0.567 | 0.615 | 4.80 |
India (BBB-) | 6.504 | 6.505 | 0.10 |
Jepang (A) | -0.038 | -0.033 | 0.50 |
Malaysia (A-) | 3.135 | 3.119 | -1.60 |
Filipina (BBB) | 4.486 | 4.47 | -1.60 |
Rusia (BBB) | 6.27 | 6.22 | -5.00 |
Singapura (AAA) | 1.627 | 1.659 | 3.20 |
Thailand (BBB+) | 1.34 | 1.33 | -1.00 |
Amerika Serikat (AAA) | 1.601 | 1.647 | 4.60 |
Afrika Selatan (BB+) | 8.88 | 8.83 | -5.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%