
Sedang di Jalur Hijau, Siap-Siap IHSG Besok Menguat Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melesat pada perdagangan hari ini, Rabu (5/2/2020), dengan kenaikan 56 poin atau menguat 0,95% ke level 5.978.
Nilai transaksi mencapai Rp 7,26 triliun, atau lebih rendah dari transaksi Selasa (5/2) yang mencapai Rp 7,55 triliun. Saham sektor finansial dan industri dasar menjadi pendorong utama kenaikan IHSG dengan penguatan masing-masing 1,09% dan 2,29%.
Secara teknikal, IHSG menunjukkan tanda-tanda penguatan ditutup dengan membentuk pola hanging man. Pola tersebut terbentuk karena IHSG ditutup pada level tertingginya
Potensi penguatan pada IHSG cukup terbuka pada perdagangan esok Kamis (6/2), karena posisinya yang belum menyentuh level jenuh belinya (overbought) menurut indikator Relative Strength Index (RSI). Ada potensi IHSG besok menguji level 6.116 yang merupakan rata-rata levelnya (moving average) dalam 5 hari terakhir (MA5).
![]() |
IHSG dibuka dengan penguatan meyakinkan 0,56%, senada dengan bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) yang melesat. Meski sempat menguat, besarannya justru semakin menurun karena IHSG kembali digerogoti aksi ambil untung (profit taking).
Penurunannya semakin dalam ketika Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekonomi Indonesia di kuartal IV-2019 yang tumbuh hanya 4,97%. Akan tetapi, secara keseluruhan 2019 ekonomi Indonesia tumbuh 5,02%. Karena itu, penguatan IHSG per akhir sesi satu menipis menjadi hanya 0,44% ke level 5.948.
Pada sesi II, IHSG cenderung tertekan hingga menyentuh level terendahnya di 5.924 (+0,03%). Namun, IHSG kembali bangkit lagi-lagi ditopang masuknya investor asing dengan mencatatkan beli bersih (net buy) senilai Rp 568,44 miliar, lebih besar dari net buy hari sebelumnya di pasar reguler sebesar Rp 232,07 miliar.
Saham-saham yang banyak dibeli asing yakni: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 506,86 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 120,98 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 67,25 miliar), PT Semen Indonesia Tbk/SMGR (Rp 44,12 miliar), PT Adaro Energy Tbk/ADRO (Rp 19,29 miliar).
Sentimen dari dalam negeri yang berpotensi mempengaruhi bursa, khususnya pada sektor konsumer ialah rilis Laporan Survei Konsumen untuk bulan Januari 2020 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!