
Belum Ada Tanda akan Rebound, IHSG Berpotensi Kembali Memerah

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan awal pekan pada hari Senin (3/2/2020) dengan ditutup turun 55 poin atau minus 0,94% ke level 5.884, menjadikan pelemahan ke-3 secara beruntun.
Memasuki perdagangan pada hari Selasa (4/2/2020) hari ini, Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan IHSG akan terkoreksi, adapun rentang pergerakannya berpotensi terjadi pada level 5.825 hingga 5.925.
Secara teknikal, IHSG masih dibayangi penurunan seiring dengan terbentuknya pola lilin hitam (black candle) yang menunjukkan tekanan jual masih menghantui pasar saham dalam negeri.
Indikator teknikal moving average convergence/divergence (MACD) menggambarkan bahwa IHSG berada di teritori negatif. Selain itu, IHSG masih dalam tren penurunan yang ditandai dengan adanya persilangan mati (dead cross).
![]() |
Dari bursa saham yang ada di Amerika Serikat (AS), tiga indeks utama pada pagi tadi rata-rata ditutup menguat. Indeks Dow Jones (DJIA) naik 0,51% ke level 28.399, S&P 500 terbang 0,73% ke level 3.248 dan Nasdaq melesat 1,34% ke level 9.273.
Laporan keuangan yang memuaskan dari sejumlah perusahaan teknologi memberi angin segar pada bursa saham Wall Street tersebut. Tesla bahkan mencatat kenaikan saham hingga hampir 20%, atau tiga kali lipat sejak Oktober.
Meski menguat, bursa saham AS masih dibayangi ancaman virus corona. "Semua kekhawatiran yang kita lihat dua minggu ini masih ada dan jadi pusat perhatian pasar," kata seorang pengamat dari 50 Park Investments, Adam Sarhan, sebagaimana dikutip AFP.
Sementara dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi Januari 2020 yang berada di angka 0,39% month-on-month (MoM). Sementara secara year-on-year (YoY) inflasi sebesar 2,86%, dan inflasi inti 2,88% YoY.
Kini pelaku pasar akan menyimak data rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal IV-2019 esok Rabu (5/2). Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Oktober-Desember 2019 diperkirakan 5,04%.
Hal ini membuat pertumbuhan ekonomi 2019 secara keseluruhan diperkirakan mencapai 5,035%, masih di atas 5%. Akan tetapi cukup jauh dari target pemerintah di 5,3%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!