
Usai Menguat 8 Pekan Beruntun, Rupiah Akhirnya Tumbang
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
31 January 2020 17:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (31/1/2020). Pelemahan hari ini membuat penguatan beruntun rupiah terhenti di angka 8%.
Rupiah membuka perdagangan hari ini dengan stagnan di level US$ 13.640/US$. Tetapi mata uang Garuda akhirnya masuk ke zona merah melemah 0,13% di level US$ 13.658/US$. Di akhir perdagangan, rupiah berhasil memangkas pelemahan menjadi 0,07% ke Rp 13.650/US$, di pasar spot melansir data Refinitiv.
Sepanjang pekan ini, rupiah melemah 0,63% sekaligus menjadi pelemahan mingguan pertama setelah mencatat penguatan delapan pekan beruntun.
Sepanjang bulan Januari rupiah membukukan penguatan 1,66%, penguatan tersebut membuat rupiah menjadi juara dunia alias mata uang dengan kinerja terbaik melawan dolar AS sepanjang tahun ini.
Tetapi status rupiah sebagai juara dunia mulai terancam, pelemahan di pekan ini membuat Mata Uang Garuda dipepet pound Mesir yang mencatat penguatan 1,56%, melansir data Refinitiv.
Rupiah melemah bersama mayoritas mata uang utama Asia lainnya. Hingga pukul 16:40 WIB, won Korea Selatan menjadi mata uang dengan kinerja terburuk setelah melemah 0,55% disusul dengan baht Thailand 0,29% dan dolar Singapura sebesar 0,24%.
Sementara itu, pasar China masih libur sehingga nilai tukar yuan masih merupakan kurs terakhir pada Jumat (24/1/2020) pekan lalu.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Benua Kuning Hari ini.
Virus corona masih menjadi penggerak utama pasar hari ini. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada Kamis kemarin sudah menetapkan wabah corona menjadi darurat internasional.
Virus yang berasal dari kota Wuhan China tersebut telah menyebar ke berbagai negara. Di China, 213 orang dilaporkan meninggal akibat virus tersebut, dan menjangkiti nyaris 10.000 orang, sebagaimana dilansir CNBC International.
Ekonomi China juga diperkirakan akan terpukul, bahkan lebih berat dibandingkan wabah Sindrom Pernapasan Akut Berat (Severe Acute Respiratory Syndrome/SARS) pada 2003 lalu.
"Kami percaya dampak ekonomi dari virus corona akan lebih besar jika dibandingkan dengan SARS" kata analis dari Nomura, sebagaimana dilansir CNBC International.
Menurut Nomura, saat terjadi SARS produk domestic bruto (PDB) China turun 2% di kuartal II-2003 dari kuartal sebelumnya.
"Berdasarkan asumsi kami, pertumbuhan PDB riil China di kuartal I-2020 bisa turun dari 6% yang dicatat pada kuartal IV-2019, dalam skala kemungkinan penurunannya lebih besar dari 2% yang dibukukan saat wabah SARS 2003" tambahnya.
Meski demikian analis dari Nomura tersebut menyakini pelambatan tersebut hanya sementara.
Ketika perekonomian China memburuk, maka kondisi ekonomi global akan turut mengingat posisinya sebagai negara dengan nilai ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS. Pelambatan ekonomi global akan membuat sentimen pelaku pasar memburuk, dan tentunya memberikan dampak negatif bagi rupiah.
Meski sebenarnya rupiah cukup kuat menghadapi isu virus corona, tetapi melihat penguatannya yang cukup tajam sejak awal tahun, tentunya memicu niat pelaku pasar untuk mencairkan cuan, dampaknya Mata Uang Garuda diterpa aksi ambil untung (profit taking) yang membuat nilainya melemah meski tipis.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Rupiah membuka perdagangan hari ini dengan stagnan di level US$ 13.640/US$. Tetapi mata uang Garuda akhirnya masuk ke zona merah melemah 0,13% di level US$ 13.658/US$. Di akhir perdagangan, rupiah berhasil memangkas pelemahan menjadi 0,07% ke Rp 13.650/US$, di pasar spot melansir data Refinitiv.
Sepanjang pekan ini, rupiah melemah 0,63% sekaligus menjadi pelemahan mingguan pertama setelah mencatat penguatan delapan pekan beruntun.
Tetapi status rupiah sebagai juara dunia mulai terancam, pelemahan di pekan ini membuat Mata Uang Garuda dipepet pound Mesir yang mencatat penguatan 1,56%, melansir data Refinitiv.
Rupiah melemah bersama mayoritas mata uang utama Asia lainnya. Hingga pukul 16:40 WIB, won Korea Selatan menjadi mata uang dengan kinerja terburuk setelah melemah 0,55% disusul dengan baht Thailand 0,29% dan dolar Singapura sebesar 0,24%.
Sementara itu, pasar China masih libur sehingga nilai tukar yuan masih merupakan kurs terakhir pada Jumat (24/1/2020) pekan lalu.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Benua Kuning Hari ini.
Virus corona masih menjadi penggerak utama pasar hari ini. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada Kamis kemarin sudah menetapkan wabah corona menjadi darurat internasional.
Virus yang berasal dari kota Wuhan China tersebut telah menyebar ke berbagai negara. Di China, 213 orang dilaporkan meninggal akibat virus tersebut, dan menjangkiti nyaris 10.000 orang, sebagaimana dilansir CNBC International.
Ekonomi China juga diperkirakan akan terpukul, bahkan lebih berat dibandingkan wabah Sindrom Pernapasan Akut Berat (Severe Acute Respiratory Syndrome/SARS) pada 2003 lalu.
"Kami percaya dampak ekonomi dari virus corona akan lebih besar jika dibandingkan dengan SARS" kata analis dari Nomura, sebagaimana dilansir CNBC International.
Menurut Nomura, saat terjadi SARS produk domestic bruto (PDB) China turun 2% di kuartal II-2003 dari kuartal sebelumnya.
"Berdasarkan asumsi kami, pertumbuhan PDB riil China di kuartal I-2020 bisa turun dari 6% yang dicatat pada kuartal IV-2019, dalam skala kemungkinan penurunannya lebih besar dari 2% yang dibukukan saat wabah SARS 2003" tambahnya.
Meski demikian analis dari Nomura tersebut menyakini pelambatan tersebut hanya sementara.
Ketika perekonomian China memburuk, maka kondisi ekonomi global akan turut mengingat posisinya sebagai negara dengan nilai ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS. Pelambatan ekonomi global akan membuat sentimen pelaku pasar memburuk, dan tentunya memberikan dampak negatif bagi rupiah.
Meski sebenarnya rupiah cukup kuat menghadapi isu virus corona, tetapi melihat penguatannya yang cukup tajam sejak awal tahun, tentunya memicu niat pelaku pasar untuk mencairkan cuan, dampaknya Mata Uang Garuda diterpa aksi ambil untung (profit taking) yang membuat nilainya melemah meski tipis.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular