
Awas! Rupiah Sang Juara Dunia Berisiko Dikudeta Pound Mesir
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
31 January 2020 13:55

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar rupiah melemah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (31/1/2020), melanjutkan pelemahan Kamis kemarin.
Rupiah membuka perdagangan hari ini dengan stagnan di level US$ 13.640/US$. Tetapi Mata Uang Garuda akhirnya masuk ke zona merah melemah 0,07% di level US$ 13.650/US$.
Meski tipis, tetapi pelemahan rupiah hari ini berisiko melengserkan posisinya dari juara dunia alias mata uang dengan kinerja terbaik di dunia sepanjang tahun ini.
Sejak perdagangan awal 2020 hingga perdagangan Kamis kemarin, rupiah membukukan kenaikan 1,73%. Posisi tersebut siap dikudeta oleh pound Mesir yang berada di posisi kedua. Pada periode yang sama, pound Mesir sudah menguat 1,56%, melansir data Refinitiv.
Virus corona masih menjadi penggerak utama pasar hari ini. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada Kamis kemarin sudah menetapkan wabah corona menjadi darurat internasional.
Virus yang berasal dari kota Wuhan China tersebut telah menyebar ke berbagai negara. Di China, 213 orang dilaporkan meninggal akibat virus tersebut, dan menjangkiti nyaris 10.000 orang, sebagaimana dilansir CNBC International.
Ekonomi China juga diperkirakan akan terpukul, bahkan lebih berat dibandingkan wabah Sindrom Pernapasan Akut Berat (Severe Acute Respiratory Syndrome/SARS) pada 2003 lalu.
"Kami percaya dampak ekonomi dari virus corona akan lebih besar jika dibandingkan dengan SARS" kata analis dari Nomura, sebagaimana dilansir CNBC International.
Menurun Nomura, saat terjadi SARS produk domestic bruto (PDB) China turun 2% di kuartal II-2003 dari kuartal sebelumnya.
"Berdasarkan asumsi kami, pertumbuhan PDB riil China di kuartal I-2020 bisa turun dari 6% yang dicatat pada kuartal IV-2019, dalam skala kemungkinan penurunannya lebih besar dari 2% yang dibukukan saat wabah SARS 2003" tambahnya.
Meski demikian analis dari Nomura tersebut menyakini pelambatan tersebut hanya sementara.
Ketika perekonomian China memburuk, maka kondisi ekonomi global akan turut mengingat posisinya sebagai negara dengan nilai ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS. Pelambatan ekonomi global akan membuat sentimen pelaku pasar memburuk, dan tentunya memberikan dampak negatif bagi rupiah.
Meski sebenarnya rupiah cukup kuat menghadapi isu virus corona, tetapi melihat penguatannya yang cukup tajam sejak awal tahun, tentunya memicu niat pelaku pasar untuk mencairkan cuan, dampaknya Mata Uang Garuda diterpa aksi ambil untung (profit taking) yang membuat nilainya melemah meski tipis.
Rupiah membuka perdagangan hari ini dengan stagnan di level US$ 13.640/US$. Tetapi Mata Uang Garuda akhirnya masuk ke zona merah melemah 0,07% di level US$ 13.650/US$.
Meski tipis, tetapi pelemahan rupiah hari ini berisiko melengserkan posisinya dari juara dunia alias mata uang dengan kinerja terbaik di dunia sepanjang tahun ini.
Virus corona masih menjadi penggerak utama pasar hari ini. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada Kamis kemarin sudah menetapkan wabah corona menjadi darurat internasional.
Virus yang berasal dari kota Wuhan China tersebut telah menyebar ke berbagai negara. Di China, 213 orang dilaporkan meninggal akibat virus tersebut, dan menjangkiti nyaris 10.000 orang, sebagaimana dilansir CNBC International.
Ekonomi China juga diperkirakan akan terpukul, bahkan lebih berat dibandingkan wabah Sindrom Pernapasan Akut Berat (Severe Acute Respiratory Syndrome/SARS) pada 2003 lalu.
"Kami percaya dampak ekonomi dari virus corona akan lebih besar jika dibandingkan dengan SARS" kata analis dari Nomura, sebagaimana dilansir CNBC International.
Menurun Nomura, saat terjadi SARS produk domestic bruto (PDB) China turun 2% di kuartal II-2003 dari kuartal sebelumnya.
"Berdasarkan asumsi kami, pertumbuhan PDB riil China di kuartal I-2020 bisa turun dari 6% yang dicatat pada kuartal IV-2019, dalam skala kemungkinan penurunannya lebih besar dari 2% yang dibukukan saat wabah SARS 2003" tambahnya.
Meski demikian analis dari Nomura tersebut menyakini pelambatan tersebut hanya sementara.
Ketika perekonomian China memburuk, maka kondisi ekonomi global akan turut mengingat posisinya sebagai negara dengan nilai ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS. Pelambatan ekonomi global akan membuat sentimen pelaku pasar memburuk, dan tentunya memberikan dampak negatif bagi rupiah.
Meski sebenarnya rupiah cukup kuat menghadapi isu virus corona, tetapi melihat penguatannya yang cukup tajam sejak awal tahun, tentunya memicu niat pelaku pasar untuk mencairkan cuan, dampaknya Mata Uang Garuda diterpa aksi ambil untung (profit taking) yang membuat nilainya melemah meski tipis.
Next Page
Analisis Teknikal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular