Virus Corona Bikin Rupiah Lemah-Letih-Lesu

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 January 2020 10:10
Virus Corona Bikin Rupiah Lemah-Letih-Lesu
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga menapaki jalur merah di perdagangan pasar spot.

Pada Kamis (30/1/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 13.652. Rupiah melemah 0,13% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Di 'arena' pasar spot, rupiah juga lesu. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 13.640 di mana rupiah melemah 0,15%.

Rupiah sudah terdepresiasi sejak pembukaan pasar, tetapi tipis saja di 0,07%. Selepas itu, pelemahan rupiah semakin dalam.


Namun rupiah tidak sendiri, karena mayoritas mata uang Asia bernasib serupa. Sejauh ini hanya yen Jepang dan dolar Hong Kong yang masih mampu menguat di hadapan dolar AS, itu pun dalam rentang terbatas.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:05 WIB:



Penyebaran virus Corona masih menjadi kekhawatiran utama pelaku pasar. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pukul 09:35 WIB, sudha ada 7.783 kasus infesksi virus Corona di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut 7.678 terjadi di China.

Korban jiwa terus berjatuhan. Saat ini jumlah korban meninggal akibat virus Corona mencapai 170 orang, semuanya di China.


Situasi ini membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mempertimbangkan untuk menjadikan penyebaran virus Corona sebagai darurat internasional. Hal ini akan diputuskan dalam rapat panel WHO.

"Dalam beberapa hari terakhir, kasus infeksi virus Corona terutama melalui kontak antar-manusia sudah membuat kami khawatir. Meski korban di luar China relatif kecil, tetapi ada risiko penyebaran lebih lanjut," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, seperti diberitakan Reuters.


Jika penyebaran virus Corona semakin luas, maka dikhawatirkan bakal mengerem aktivitas ekonomi terutama di China. Padahal China diharapkan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi dunia.

Nomura International memperkirakan pertumbuhan ekonomi China pada kuartal I-2020 akan melambat cukup signifikan akibat virus Corona yang memukul konsumsi rumah tangga dan aktivitas dunia usaha. Berbagai stimulus yang digelontorkan pemerintah maupun Bank Sentral China (PBoC) diperkirakan sulit untuk membendung perlambatan tersebut.

"Langkah-langkah yang telah dan akan ditempuh sepertinya sulit untuk membalikkan kinerja perekonomian. Virus Corona akan melemahkan permintaan domestik sehingga membuat pelonggaran kebijakan menjadi kurang efektif," sebut Nomura dalam risetnya.


Sementara Morgan Stanley memperkirakan pertumbuhan ekonomi China bisa tergerus sampai 1,1 poin persentase pada semester I-2020 akibat virus Corona. Jika penyebaran memuncak pada Februari-Maret, maka perlambatannya bisa berkurang menjadi 0,5-1 poin persentase. Namun kalau penyebarannya baru memuncak pada Maret-April, maka pertumbuhan ekonomi bisa berkurang dalam kisaran 0,6-1,1 poin persentase.

Dampak ini yang membuat pelaku pasar khawatir. Akibatnya, aset-aset aman (safe haven) menjadi buruan utama dan instrumen berisiko di negara berkembang sejenak dilupakan.



TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular