Virus Corona Masih Ganas, Kok Emas Belum ke US$ 1.600/Oz?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
29 January 2020 08:40
Pasar masih mewaspadai dampak penyebaran virus Corona yang terus menyebabkan korban jiwa.
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pagi ini harga emas di pasar spot menguat setelah kemarin ditutup anjlok. Pasar masih mewaspadai dampak penyebaran virus Corona yang terus menyebabkan korban jiwa.

Pada Rabu (29/1/2020), harga emas global di pasar spot merangkak naik setelah kemarin ditutup anjlok hampir 1%. Pada pukul 07:48 WIB, harga emas di pasar spot menyentuh level US$ 1.568,1/troy ons, menguat 0,14% dibanding posisi penutupan perdagangan kemarin.

Padahal saat perdagangan Senin (27/1/2020), harga emas ditutup cetak rekor tertinggi baru dalam setahun di level US$ 1.581,65/troy ons. Harga emas kala itu mendekati level psikologis US$ 1.600/troy ons.

Faktor yang membuat harga emas melambung tinggi akhir-akhir ini adalah kasus virus Corona baru penyebab pneumonia yang menjangkiti Kota Wuhan di China dan berbagai negara lainnya. Pasalnya virus yang masih satu jenis dengan penyebab SARS ini telah menewaskan ratusan orang dan berpotensi besar mengganggu perekonomian.

Mengutip datateranyar data pemetaan spasial ArcGis oleh John Hopkins CSSE, jumlah kasus saat ini sudah mencapai 5.578 dengan korban meninggal mencapai 131 orang. Sementara itu, pasien yang dinyatakan telah pulih jumlahnya mencapai 107 orang.

Kasus paling banyak dilaporkan di China. Hingga update terbaru tersebut dirilis, sudah ada 5.498 kasus dilaporkan di China. Sebanyak 80 kasus sisanya dilaporkan di 16 negara lain. Wabah ini membuat belasan kota di China berada dalam status karantina.

Fasilitas transportasi umum di kota-kota tersebut yang dihuni oleh lebih dari 35 juta penduduk China ditutup. Upaya ini dilakukan demi mengendalikan penyebaran virus agar tidak meluas.

Walau tingkat mortalitasnya tak separah saat SARS dulu, penyebaran virus ini berlangsung sangat cepat. Dalam hitungan kurang dari satu bulan virus telah menjangkiti lebih dari 5.000 orang. Lebih dari 100 dinyatakan meninggal dunia.

Jika berkaca pada SARS, maka wabah akibat virus corona kala itu menyebabkan pertumbuhan ekonomi China turun hingga 1,2 persen poin. Penurunan pertumbuhan ekonomi ini tentu bukan kabar yang baik untuk pasar, mengingat China merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia dan konsumen terbesar batu bara.

Sektor yang benar-benar paling kena dampaknya adalah sektor jasa terutama transportasi dan pariwisata. Kala ekonomi mengalami turbulensi, investor buru-buru menyelamatkan portofolionya. Hal ini membuat emas menjadi dilirik dan mendongkrak harganya, mengingat emas merupakan salah satu aset minim risiko (safe haven).

Namun kemarin harga emas sempat anjlok menyusul optimisme di pasar saham. Wall Street berhasil finis di zona hijau. Walau virus Corona masih jadi momok yang menyeramkan bagi pasar keuangan dunia, Wall Street ditutup menguat pada perdagangan hari kedua pekan ini. indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 187,05 poin atau bertambah 0,66%.

Indeks S&P 500 juga ikut terdongkrak sebesar 32,61 poin atau menguat 1,01%. Sementara indeks komposit Nasdaq mencatatkan penguatan paling tinggi 1,43% dengan penambahan sebesar 130,37 poin.

Bagaimanapun juga virus Corona memang masih jadi ancaman. Selain itu, emas masih menanti hasil pertemuan Bank Sentral AS, The Federal Reserves (The Fed).

Pasar masih menanti apakah akan ada kejutan dari The Fed. Namun konsensus yang dihimpun oleh Trading Economics saat ini menunjukkan bahwa The Fed akan menahan suku bunga acuan di level saat ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg) Next Article Cooling Down! Harga Emas Pekan Ini Turun Pekan Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular