106 Tewas karena Virus Corona, Harga Minyak Makin Ambles

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
28 January 2020 10:24
Harga minyak makin anjlok seiring dengan meluasnya dampak virus corona. Pasar khawatir virus corona berdampak pada permintaan minyak
Foto: REUTERS/Andrew Cullen
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah kontrak semakin tertekan karena korban virus corona yang terus berjatuhan. Jika terus menerus terjadi dan meluas, apa yang dikhawatirkan pelaku pasar adalah dapat mengganggu permintaan minyak.

Selasa (28/1/2020), harga minyak mentah kontrak turun lebih dari 0,4% dibanding posisi penutupan kemarin. Brent melemah 0,47% ke level US$ 59,04/barel. Sementara minyak mentah kontrak acuan WTI melemah 0,4% menyentuh level US$ 52,93/barel.

Harga minyak mentah terus melorot sejak kasus pneuomonia akibat virus corona baru semakin bertambah dan terus menelan korban jiwa. Perkembangan terbaru menunjukkan jumlah orang yang terjangkit sudah lebih dari 4.000 kasus dan lebih dari 100 orang meninggal dunia.

CNBC Internasional melaporkan jumlah kasus mencapai 4.193 kasus dan 106 orang meninggal dunia. Namun menurut sumber lain yaitu data Arcgis by John Hopkins CSSE, jumlah kasus telah mencapai 4.474 kasus dan 107 orang dinyatakan meninggal dunia. Data tersebut diupdate beberapa menit yang lalu.

Dalam kurun waktu kurang dari satu bulan, orang yang terjangkit virus penyebab pneumonia ini bertambah dengan signifikan. Namun fatalitasnya masih di kisaran angka 2,4%. Sebanyak 58 orang dikabarkan telah pulih.

Kasus-kasus lain juga dijumpai di berbagai negara di Benua Asia, Eropa, Australia hingga Amerika. Ditemukannya kasus virus corona ini telah dikonfirmasi di Hong Kong, Macau, Taipei, Thailand, Vietnam, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Jepang, Australia, Perancis dan AS. Kemarin, Jerman, Nepal, Kamboja dan Sri Lanka mengkonfirmasi masing-masing satu kasus, mengutip CNBC Internasional.

Kasus ini membuat pemerintah China melakukan karantina pada belasan kota yang berisiko terjangkiti virus ini. Fasilitas transportasi publik segala jalur baik darat, perairan maupun udara ditutup. Pembatasan akses transportasi ini membuat kota-kota di China seperti Wuhan, Ezhou dan Huanggang benar-benar terisolasi.

Namun hal tersebut merupakan salah satu langkah penanganan yang dilakukan agar virus tak terus menerus meluas dan jadi wabah yang semakin parah. Bagaimanapun juga, upaya karantina ini berdampak pada perekonomian terutama pada sektor transportasi.

Sektor jasa terutama sektor transportasi menjadi sektor yang paling kena dampaknya. Jika penyebaran virus ini makin tak terkendali, dikhawatirkan permintaan minyak akan terganggu.

Merespons hal tersebut organisasi negara pengekspor minyak dan koleganya yang tergabung dalam OPEC+ mulai mempertimbangkan untuk memperpanjang pemangkasan produksi minyak lebih dari Maret. Opsi pemangkasan minyak lebih dalam juga dipertimbangkan. Namun dengan satu catatan, jika kasus virus corona baru ini memberikan dampak yang signifikan terhadap permintaan minyak.

Namun Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman optimis bahwa virus tersebut dapat dikontrol dan tak akan menyebar luas.

Seperti yang diketahui bersama OPEC+ telah mengambil inisiatif untuk memangkas produksi minyak mereka dalam tiga tahun terakhir guna mendukung stabilitas pasar. Saat perwakilan anggota OPEC+ bertemu di Vienna awal bulan lalu, keputusan yang diambil adalah memangkas produksi minyak lebih dalam menjadi 1,7 juta barel per hari (bpd).  


TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/twg) Next Article Drama Harga Minyak, Bagaimana Nasib RI?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular